Mohon tunggu...
Mina Apratima Nour
Mina Apratima Nour Mohon Tunggu... Jurnalis - :: Pluviophile & Petrichor ::

IG @fragmen.rasa

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Geta Buana Fana

4 Desember 2019   07:05 Diperbarui: 4 Desember 2019   07:07 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa hari ini bising di jemala tentang sebuah cerita. Hingga aksara tersara bara, berserakan di penjuru bentala. Semua karena setatap netra, yang tetiba menghunjam atma. Setubuh raga hadirkan rindu. Seucap kata luruhkan logika.

Ia meminta geta.

Renjana...
Namamu seketika menyeruak rumpang imaji. Menggoda angan tentang masa depan yang muskil. Membuat segala rebah pada pelataran semara tanpa interpretasi. Mengejawantahkan aku pada rua seorang pencinta, atau pendosa?

Fantom tidak lagi dua namun tiga,
Dan kau tahu betul tentang nestapa pukul tiga.

Suatu kala kau akan ingat aku di selipan kenang. Sebagai nektar amerta tak tersentuh, atau sebagai hujan nan gaduh. Memberi semburat urna di kehidupanmu. Menghadirkan jejak tak sempurna, penghias pekarangan mimpi belaka.

Tak nyata namun ada.
Tak nyata namun ada...
Tak nyata namun ada!

Hei, Renjana...
Biarkan aku sebagai senja. Hadir sekejap dan meninggalkan jejak hingga kau sesak.

Pada geta buana fana, yang sempat kau puja.....

- Jakarta, 27 September 2019 -

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun