Mohon tunggu...
Apdoni Tukang
Apdoni Tukang Mohon Tunggu... Mahasiswa

Saya Apdoni Tukang sekarang masih aktif sebagai mahasiswa di universitas Khairun Ternate. Selain kesukaan membaca, saya juga suka menulis. Kebiasaan lain mendengar musik dan membaca novel

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Orang-Orang Kalah Berpidato

9 April 2025   12:28 Diperbarui: 9 April 2025   12:28 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dua orang yang sedang berdiskusi (Sumber: IDN Times)

 Suatu malam di musim hujan, datanglah dua pria di salah satu pondok yang didirikan oleh masyarakat. Dua pria itu akan membahas rencana mereka yang minggu lalu sempat tertunda. Pondok yang mereka duduk merupakan tempat favorit orang nongkrong, apalagi anak muda. Bahkan mereka duduk bisa berjam-jam lamanya dengan berbagai topik.

Tono dan Toni nama dua pemuda tersebut. Tono merupakan sarjana pertanian sedangkan Toni  pernah berkuliah tapi tidak selesai. Mereka berdua dipertemukan dengan visi misi yang sama yaitu mencalonkan diri sebagai Kades. Malam ini pembahasan mereka tak lain membicarakan terkait strategi mereka di pemilihan nanti. 

Tono mengusulkan bahwa dirinya naik mencalonkan diri karena akan menjaminkan gelarnya kepada masyarakat. Awalnya Toni menolak karena dirinya merasa cocok menjadi seorang pemimpin karena pengalamannya memimpin organisasi sewaktu masih menjadi mahasiswa. 

Namun setelah mereka berunding, dan memikirkan dari berbagai sisi, Tono yang cocok naik mencalonkan diri karena banyak orang yang percaya kepadanya. Hal ini sesuai saat Tono mengajak warga terkhusus anak muda untuk bakti sosial, mereka langsung mengikutinya. Inilah yang menjadi alasan kuat mereka.

"Baiklah Kawan. Kamu yang akan mencalonkan diri, tapi ingat! Jika kamu terpilih saya yang menjadi sekretarisnya." Ujar Toni malam itu.

"Siap, yang penting kamu harus bekerja untuk kemenangan kita," respon Tono sambil menepuk bahu sahabatnya. "Ok, sampai di sini dulu pertemuan kita, kita lanjutkan lain waktu." Lanjut Tono.

"Ok. Ayo kita pulang." Toni merangkul pundak sahabatnya.

Siang malam Toni dan Tono duduk bersama kelompok masyarakat untuk mengambil hati mereka. Banyak yang senang dengan cara Tono bersikap dan banyak yang memuji Tono karena 'bukan hanya pintar, tapi baik hati' kata orang-orang waktu itu.

***

Waktu pemilihan pun tiba. Tono sangat percaya diri saat duduk berbaris bersama dua kandidat lainnya. Tono yakin bahwa dirinya yang akan unggul dalam pemilihan kali ini.

Satu persatu orang maju untuk menunjuk calon pemimpin mereka. Dua kandidat tersebut tak terdengar nama mereka saat duduk bercerita bersama masyarakat, sehingga Tono dan Toni yakin bahwa dari kubu mereka yang akan unggul.

Setelah pemilihan selesai, tinggal menunggu hasil siapa yang mendapatkan suara terbanyak. Hasilnya ternyata Tono hanya mendapatkan 50 suara, sedang lawannya mendapatkan 100 suara. Tono tak percaya mendengar hasil tersebut. Ia maju ke depan lalu memprotes dengan hasil tersebut dan menyuruh petugas pemungutan suara membaca ulang hasilnya. "Coba baca ulang hasilnya." Protes Tono. Saat dibaca ulang, hasilnya sama. Lawan nomor urut 02 yang unggul sedang nomor urut 03 tidak mendapatkan suara sama sekali.

Tak terima dengan kekalahan tersebut, Tono dan Toni bersekongkol untuk melakukan sesuatu. Mereka tak habis pikir lawan mereka unggul. Setelah ditelusuri, ternyata lawannya memanfaatkan keluarga besarnya untuk mendukung kemenangannya. Lawannya memanfaatkan cara ini sehingga unggul, karena di kampung tersebut keluarga mereka yang paling besar.

Setelah mematangkan rencana mereka, di awal kepemimpinan lawan politik, Toni dan Tono menyebarkan kesalahan-kesalahan masa lalu pemimpin mereka. Dengan nama samaran, dua pemuda ini lancar memualai aksi mereka. Tujuan mereka agar pemimpin saat ini mengundurkan diri. Keburukan-keburukan di sebarkan lewat media sosial, sehingga kabar-kabar yang disebarkan begitu cepat dibaca.

Banyak yang mulai resah dengan pemimpin mereka, karena pengaruh informasi yang beredar. Setelah melihat kegaduhan ini, Tono dan Toni yakin bahwa sebentar lagi pemimpin mereka akan tumbang. Karena pengaruh informasi yang disebarkan dan menimbulkan kegaduhan dan tekanan, lawan politik memilih mengundurkan diri. Setelah melihat usaha mereka berhasil, Tono mulai mencari simpati masyarakat berharap agar masyarakat bisa mengangkat sebagai pemimpin baru. Namun lagi-lagi usaha mereka mengambil alih kekuasaan gagal, karena pemerintah kabupaten menunjuk seorang staf menjadi pemimpin sementara di desa tersebut.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun