Suatu malam di musim hujan, datanglah dua pria di salah satu pondok yang didirikan oleh masyarakat. Dua pria itu akan membahas rencana mereka yang minggu lalu sempat tertunda. Pondok yang mereka duduk merupakan tempat favorit orang nongkrong, apalagi anak muda. Bahkan mereka duduk bisa berjam-jam lamanya dengan berbagai topik.
Tono dan Toni nama dua pemuda tersebut. Tono merupakan sarjana pertanian sedangkan Toni  pernah berkuliah tapi tidak selesai. Mereka berdua dipertemukan dengan visi misi yang sama yaitu mencalonkan diri sebagai Kades. Malam ini pembahasan mereka tak lain membicarakan terkait strategi mereka di pemilihan nanti.Â
Tono mengusulkan bahwa dirinya naik mencalonkan diri karena akan menjaminkan gelarnya kepada masyarakat. Awalnya Toni menolak karena dirinya merasa cocok menjadi seorang pemimpin karena pengalamannya memimpin organisasi sewaktu masih menjadi mahasiswa.Â
Namun setelah mereka berunding, dan memikirkan dari berbagai sisi, Tono yang cocok naik mencalonkan diri karena banyak orang yang percaya kepadanya. Hal ini sesuai saat Tono mengajak warga terkhusus anak muda untuk bakti sosial, mereka langsung mengikutinya. Inilah yang menjadi alasan kuat mereka.
"Baiklah Kawan. Kamu yang akan mencalonkan diri, tapi ingat! Jika kamu terpilih saya yang menjadi sekretarisnya." Ujar Toni malam itu.
"Siap, yang penting kamu harus bekerja untuk kemenangan kita," respon Tono sambil menepuk bahu sahabatnya. "Ok, sampai di sini dulu pertemuan kita, kita lanjutkan lain waktu." Lanjut Tono.
"Ok. Ayo kita pulang." Toni merangkul pundak sahabatnya.
Siang malam Toni dan Tono duduk bersama kelompok masyarakat untuk mengambil hati mereka. Banyak yang senang dengan cara Tono bersikap dan banyak yang memuji Tono karena 'bukan hanya pintar, tapi baik hati' kata orang-orang waktu itu.
***
Waktu pemilihan pun tiba. Tono sangat percaya diri saat duduk berbaris bersama dua kandidat lainnya. Tono yakin bahwa dirinya yang akan unggul dalam pemilihan kali ini.