Mendung begitu pekat menyelimuti bumi
Hingga pendar mentari tak mampu menembus mega
Gelita menjadi kawan, gerimis datang menemani sepi
Akankah semua pertanda hadirnya lara
Hening, hanya jemari menari  lincah di atas papan aksara
Tetiba, bak kilat menyambar petir pun menggelegar
Kabar berpulangnya sahabat menjadi tanya besar
Senyap pun sirna seiring buncah yang memenuhi jiwa
Secepat itu Dia berkehendak, memanggil tanpa ada teguran
Selekas itu Dia mengubah keadaan, dari hingar menjadi nanar
Apa yang bisa kita lakukan untuk menghindar
Takkan mungkin kita sembunyi dari kehendak-Nya
Ketika rasa telah menyatu dalam canda
Ketika jiwa kehilangan raga pembawa tawa
Dia pergi untuk selamanya
Duka melarutkan rasa
Pupus sudah harapan bercengkerama
Sirna jua asa untuk bersua
Senyap merayap sunyi menghampiri
Hanya lengang kembali berkumandang dalam hati
Terkenang ajaran kebaikan dalam pesannya
Terngiang derai tawa penuh bahagia
Semua kini hanya ada dalam bayangan
Kepergiannya meninggalkan berjuta kesan dalam ingatan
Bumi Gedangan, 23 Desember 2020
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI