Proyeksi: Menyalahkan orang lain atas perasaan atau dorongan sendiri.
Displacement (pengalihan): Melampiaskan emosi ke objek atau orang lain yang lebih aman.
Rasionalisasi: Menciptakan alasan logis untuk tindakan yang salah atau tidak diterima.
Reaksi formasi: Menunjukkan perilaku yang berlawanan dengan perasaan aslinya.
Regression (kemunduran): Kembali ke perilaku kekanak-kanakan saat menghadapi stres.
Sublimasi: Mengalihkan dorongan negatif menjadi aktivitas yang diterima sosial.
Identifikasi: Meniru karakteristik orang lain untuk merasa lebih kuat atau aman.
Masa Kecil yang Ditekan: Represi dalam Diri Bundy
Bundy tumbuh dalam kebingungan identitas. Ia dibesarkan dengan keyakinan bahwa ibunya adalah kakaknya dan kakeknya adalah ayahnya. Saat akhirnya mengetahui kebenaran, rasa marah, bingung, dan tertolak menghantam dirinya. Ini adalah bentuk konflik psikologis besar yang kemudian kemungkinan besar ditekan (represi) ke alam bawah sadar. Bundy tidak pernah secara terbuka membahas luka ini; ia menyimpannya, tetapi luka itu tetap aktif dalam bentuk perilaku patologis.
Sosok "Normal" yang Menolak Realitas: Denial sebagai Topeng
Salah satu hal yang paling membingungkan publik adalah kemampuan Bundy tampil sebagai "pria baik-baik." Ia mahasiswa hukum, aktivis sosial, dan bahkan pernah membantu pencarian korban kekerasan. Namun, ini semua bisa dipahami sebagai penyangkalan (denial) penolakan terhadap realitas batin yang gelap. Ia menciptakan versi ideal dirinya yang sukses dan karismatik untuk menyembunyikan sisi jahat yang ia sendiri tak mau akui.