I. Latar Belakang
Pada tahun 1974, Amerika Serikat digemparkan oleh rangkaian kasus pembunuhan terhadap wanita muda yang ditemukan dalam kondisi mengenaskan dan disertai kekerasan seksual. Setelah puluhan korban ditemukan tewas secara brutal, penyelidikan mengarah pada satu nama sebagai pelaku utama, yakni Ted Bundy (Tillet, 2022). Theodore Robert Bundy lahir pada 24 November 1946 di Burlington, Vermont, Amerika Serikat. Ia tercatat sebagai pelaku pelecehan seksual dan pembunuhan terhadap 28 wanita muda di berbagai negara bagian, seperti Washington, Oregon, Colorado, Utah, dan Florida selama periode 1974 hingga 1978. Bundy akhirnya dijatuhi hukuman mati dan dieksekusi menggunakan kursi listrik di Florida pada tahun 1989 (Jenkins, 2023).
Masa kecil Bundy digambarkan penuh dengan penolakan dan kebingungan identitas. Ibunya, Louise, melahirkannya jauh dari kampung halaman dan meninggalkannya di kota lain selama sekitar tiga bulan sebelum akhirnya membawa kembali Bundy untuk tinggal bersama kakeknya. Awalnya, Bundy mengira bahwa ibunya adalah kakaknya dan bahwa sang kakek adalah ayahnya, hingga akhirnya ia mengetahui kebenaran bahwa Louise adalah ibu kandungnya (Kettler, 2020). Meski keluarga tampak normal dari luar, kakek Bundy dikenal sebagai pribadi kejam, termasuk melakukan kekerasan terhadap hewan. Pengalaman traumatis ini diyakini turut membentuk kecenderungan sadistik Bundy sejak masa kanak-kanak (Howell, 2018; Williams, 2019).
Daya tarik fisik dan karisma Bundy menjadi alat utamanya untuk menjebak korban. Ia sering berpura-pura mengalami cedera dengan menggunakan penyangga lengan atau gips palsu pada kaki, kemudian meminta bantuan dari wanita muda sebelum menyeret mereka ke dalam kendaraannya untuk diperkosa dan dibunuh (Rakestraw & Cameron, 2019). Salah satu hal menarik dari kasus ini adalah kesamaan ciri fisik para korban: wanita berusia 18--23 tahun, berkulit putih, berambut panjang dan gelap yang dibelah di tengah. Diduga, pola ini berkaitan dengan mantan tunangan Bundy bernama Stephanie, yang memiliki penampilan serupa dan pernah menolak Bundy, menyebabkan dendam mendalam yang kemudian ia lampiaskan pada wanita-wanita lain dengan ciri yang sama (Howell, 2018).
Ted Bundy juga menunjukkan sisi kepribadian yang bertolak belakang dengan tindakan keji yang ia lakukan, seolah memiliki dua sisi dalam dirinya (McCann, 2021). Dalam beberapa wawancara, ia sering merujuk dirinya dalam sudut pandang orang ketiga dan menyebut sosok yang melakukan pembunuhan sebagai "entitas" yang terpisah dari dirinya, yang hanya muncul saat ia dalam kondisi mabuk. Bundy menyatakan bahwa "entitas" ini digerakkan sepenuhnya oleh dorongan seksual yang dipicu oleh paparan terhadap konten pornografi sadistik (Rakestraw & Cameron, 2019).
II. Analisis Kasus dari Teori Defense MechanismÂ
Teori Defense Mechanism (Mekanisme Pertahanan Diri) adalah konsep dalam psikoanalisis, pertama kali dikembangkan oleh Sigmund Freud dan kemudian disempurnakan oleh putrinya, Anna Freud. Mekanisme ini menjelaskan bagaimana pikiran bawah sadar seseorang melindungi dirinya dari kecemasan, konflik batin, atau realitas yang menyakitkan.
Mekanisme Pertahanan DiriÂ
Represi (penekanan): Mengubur pikiran/ingatan menyakitkan ke alam bawah sadar.
Denial (penyangkalan): Menolak menerima kenyataan yang menyakitkan.