Mohon tunggu...
anton
anton Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa S2 Kajian Sejarah FISIP UNNES, Guru SMA

Suka diskusi dan jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menganalisis Peristiwa "G30S/PKI"

25 Agustus 2023   20:58 Diperbarui: 25 Agustus 2023   21:04 427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : https://cdn-2.tstatic.net/jabar/foto/bank/images/soekarno-diapit-dua-jenderal-ad-ah-nasution-kiri-dan-soeharto-kanan.jpg

Partai Komunis Indonesia (PKI) memiliki sejarah yang panjang. Pada tanggal 23 Mei 1920 partai ini didirikan di Hindia Belanda. Pada mulanya partai ini diberi nama Partai Komunis Hindia, lalu pada berubah nama menjadi Partai Komunis Indonesia. Para pendirinya dahulu merupakan aktifis-aktifis Sarekat Islam seperti Muso Munawar, Semaoen, Alimin, Darsono dan lain-lain. 

Tokoh-tokoh ini lalu bertemu dengan seorang aktifis sosialis yang begitu empati terhadap kondisi pribumi yakni Sneevliet. Sneevliet mendirikan organisasi Indische Sociaal-Democratische Vereeniging, organisasi sosial demokrat Hindia Belanda (ISDV). Organisasi yang memiliki kepedulian mengenai hak-hak buruh kereta api pada waktu itu. Penguasaan bahasa Belanda yang baik oleh tokoh-tokoh PKI ini, memperluas pengetahuan mengenai pemikiran sosialis-komunis.

Tahun 1948 tiga tahun setelah proklamasi, tokoh-tokoh komunis ini mendeklarasikan berdirinya Republik Soiviet Indonesia di Madiun. Beberapa pelopornya diantaranya yakni Amir syarifudin dan Muso Munawar. Bahkan dua nama ini melakukan duet politik menyaingi duet Soekarno-Hatta tahun 1948. 

Semaoen tidak terlibat dalam peristiwa Madiun karena sejak tahun 20-an telah diasingkan ke Belanda. Hidup Semaoen selama 30 tahun dihabiskan di Uni Soviet. Akhir riwayatnya adalah menjadi pengajar mata kuliah ekonomi di Universitas Pajajaran (Unpad) Bandung. Semaoen ini juga tidak terkait dengan anggota PKI tahun 1965 karena sudah tidak mengikuti jalan perjuangan DN Aidit Cs.

Sebelum mendeklarasikan berdirinya negara yang berkiblat kepada Soviet, sebetulnya Amir Syarifudin ini adalah tokoh besar Republik Indonesia. Dia pernah menjabat sebagai perdana menteri ke-2 setelah Sutan Syahrir. Namun Amir dilengserkan karena dianggap gagal dalam memimpin perundingan Renville. 

Akhirnya Amir mendirikan organisasi oposisi yakni Front Demokrasi Rakyat (FDR). Sayangnya organisasi oposisi ini justru banyak melakukan teror dan intimidasi layaknya gerakan makar. FDR dan organisasi-organisasi kiri lainnya ini kemudian dileburkan menjadi satu yakni PKI. Muso Munawar berperan besar mengkristalnya organiasi-organisasi ini menjadi PKI.

Duet politik Amir-Musso ini berupaya menarik simpati masyarakat Indonesia agar memihak jalan perjuangan mereka. Sayangnya masyrakat lebih percaya pada duet Soekarno-Hatta. Kondisi inilah yang menyebabkan teror terjadi bagi masyarakat yang mendukung Soekarno-Hatta. Banyak tokoh agama, masyarakat, birokrat yang menjadi korban terutama rakyat yang tinggal di Jawa Timur. Mereka lebih memilih due politik Soekarno-Hatta ketimbang Amir-Muso. 

Pemberontakan PKI Madiun 1948 ini kandas, karena pemerintah Indonesia melalui Tentara Republik Indonesia (TRI) bergerak cepat mengirimkan operasi penumpasan. Hal ini dilakukan karena pada waktu yang hampir bersamaan Belanda melakukan Agresi Militer 2. Indonesia harus bergerak cepat menumpas para tokoh PKI. 

Setelah Madiun direbut tentara, Musso bersama Amir dan pentolan PKI lain melarikan diri ke Ponorogo. Musso berselisih dengan Amir dan memisahkan diri ke arah selatan dengan hanya dikawal dua orang, sementara Amir melanjutkan ke Pacitan. Musso dan pengawalnya kabur dengan menaiki sebuah delman sementara tentara mengejarnya. Dalam kejar-kejaran terjadi saling tembak hingga kuda delman tertembak. Musso berlari dan bersembunyi di sebuah kamar mandi di sebuah pemandian umum. Satu peleton tentara mengepung dan kembali terjadi baku tembak. Ketika keluar kamar mandi, Musso tertembak dua kali. Mayatnya sempat dibawa ke RS Ponorogo untuk diawetkan sebelum kemudian dibakar secara diam-diam.

Dalam pengepungan itu tidak semua tokoh PKI tertangkap. Banyak yang berhasil meloloskan diri yang kelak tokoh-tokoh tersebut membesarkan PKI seperti DN Aidit, Nyoto, Lukman dan lain sebaginya. Pada tahun 50 an tokoh ini mengoorganisir kembali puing-puing yang berserakan. Mereka mereorganisasi gerakan menjadi kelompok yang nasionalis. Dengan begitu mereka bisa ikut kompetisi secara legal dalam pemilu tahun 1955.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun