Mohon tunggu...
Suparjo
Suparjo Mohon Tunggu... Penulis - Indie Author

Data Science Enthusiast | An Indie Author l Contributing Writer at www.agilnesia.id | Co-founder of www.terpelajar.com | Founder of KEBUN (Komunitas Edukasi Berbagi Untuk Negeri)

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Antara Data dan Narasi: Menganalisis Tren Mudik 2024 dengan Cerita "Pulang Malu Tak Pulang Rindu"

7 April 2024   09:31 Diperbarui: 7 April 2024   09:33 835
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://ebook.indonesiabaik.id/books/wprj/#p=12

193 juta orang diperkirakan akan melakukan perjalanan mudik Lebaran. Jika prediksi ini benar-benar terwujud, maka angka ini akan menjadi rekor tertinggi yang tercatat dalam satu dekade terakhir.


Dalam riuh rendah musik yang terkenal dari Armada, "Pulang Malu Tak Pulang Rindu" memperoleh popularitas yang tak terbantahkan di tahun 2016. Dengan melodi yang khas dan sentuhan reggae yang menyegarkan, lagu ini tidak hanya memikat telinga pendengar tetapi juga mengekspresikan peristiwa nyata yang sering dialami dalam kehidupan sehari-hari. Liriknya tidak sekadar kata-kata; mereka adalah potret kehidupan yang dirasakan secara mendalam oleh para personil Armada dan masyarakat luas.

Dari inspirasi yang berasal dari Radha, hingga penghayatan lirik yang dilakukan oleh Mai dan Rizal, lagu ini mencerminkan perjuangan sejati para musisi dalam menjalani perjalanan hidup mereka. Melalui lirik-liriknya, Armada menggambarkan perjuangan keras mereka, terpisah dari kampung halaman, tetapi tetap merindukan kehangatan rumah. Mereka mengungkapkan betapa sulitnya menghadapi ketidakpastian masa depan sambil berharap mencapai impian mereka, terutama di mata orang tua mereka.

Dari pengalaman-pengalaman ini, Armada menciptakan lagu yang merangkul tema yang universal dan akrab bagi setiap pendengar. Dengan melodi yang khas dan aransemen musik yang inovatif, mereka berhasil menciptakan karya yang menarik dan memikat hati pendengar. Lagu ini, sebagaimana diungkapkan oleh para personil Armada sendiri, adalah penghormatan bagi para pekerja keras di perantauan, dan semoga menjadi sumber inspirasi bagi semua orang, terutama para perantau, di tengah suasana menyambut Lebaran dan momen-momen penting lainnya.

Tradisi Mudik: Fenomena yang Terus Memikat Masyarakat

Tradisi mudik merupakan salah satu momen yang paling dinantikan oleh masyarakat Indonesia, di mana mereka dapat berkumpul bersama keluarga besar. Asal-usul kata "mudik" sendiri berasal dari Bahasa Jawa, yang merupakan singkatan dari "Mulih Dilik", yang artinya pulang sebentar. Namun, sumber lain juga menyebutkan bahwa kata "mudik" berasal dari Bahasa Betawi, yakni "menuju udik" yang berarti menuju kampung.

Tradisi mudik tidaklah baru; sejarahnya dapat ditelusuri jauh sebelum zaman Kerajaan Majapahit. Pada awalnya, mudik menjadi tradisi bagi para petani Jawa untuk kembali ke kampung halaman mereka. Para perantau kembali ke kampung halaman bukan hanya untuk bersilaturahmi dengan keluarga, tetapi juga untuk membersihkan dan menghormati makam leluhur. Momen mudik juga dijadikan sebagai waktu untuk berdoa memohon rezeki dan keselamatan.

Hingga kini, tradisi mudik di Indonesia dilakukan oleh mayoritas penduduk menjelang hari raya keagamaan atau hari libur panjang seperti Idul Fitri, Idul Adha, Natal, dan Tahun Baru. Namun, tidak hanya di Indonesia, tradisi mudik juga ditemukan di negara lain. Perbedaannya, tradisi ini tidak selalu terjadi saat perayaan Idul Fitri, melainkan pada hari besar yang khas di setiap negara.

Contohnya adalah Malaysia, di mana tradisi mudik terjadi menjelang Hari Raya Puasa, yang merupakan istilah mereka untuk Hari Raya Idul Fitri. Masyarakat Melayu di sana juga memiliki tradisi "balek kampung", yang dimulai sekitar seminggu sebelum Hari Raya Puasa tiba. Di Turki, tradisi mudik juga dilaksanakan menjelang Hari Raya Idul Fitri, dengan istilah "Seker Bayram" yang lebih populer untuk menyebut pulang kampung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun