Mohon tunggu...
antok djaya
antok djaya Mohon Tunggu... -

sajak, narasi, seni, semua terlahir dari gagasan hati karena kemurahan sang Ilahi jangan kau kufuri selalu syukuri.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Secangkir Kopi untuk Semesta

23 Oktober 2018   14:10 Diperbarui: 23 Oktober 2018   14:30 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku, 

Secangkir kopi yang dan hanya berteman dengan semesta yang tak pernah diam dengan banyak kegaduhan-kegaduhannya.

Apakah mungkina ia sudah lelah, 

Atau mungkin ia sudah terlalu tua untuk menopang kehidupan ini.

Memang tak banyak yang ku tahu tentangnya, 

Yang ku tahu ia selalu mengiringi pertumbuhan ku sampai saat ini.

Terhirup aroma kopi, yang seakan ingin memberi tahu. 

Bahwa semesta tak perlu untuk dipikirkan.

Dan aku pun teringat ada banyak hal yang harus menjadi pusat perhatianku untuk saat ini. 

Salah satunya aku harus hidup lama agar aku bisa menemani semesta.

Walaupun nantinya aku harus pulang kepada Tuhanku dan Tuhanmu. 

Tapi setidaknya aku dan kamu pernah tersenyum dan menangis bersama,

 Tertawa dan menjerit, 

Menatap dan berkedip, 

Berkata dan berbisisk.

Aku masih banyak urusan semesta.

Aku harus menikmati kopiku, 

Dan merasakan manis dan pahitnya hidup, 

Panas dan hitamnya hidup, 

Sampai dasar cangkir yang tertutup ampas hitam.

Tapi aku lupa menawarimu,

Bahwa tak terasa nikmat ketika aku harus menghabiskan secangkir kopi ini tanpa kau juga meminunya.

Agar kau juga dapat merasakan dan melihat, manis dan hitamnya kopi ini.

Agar kau juga dapat membayangkan pahit dan panasnya kopi ini.

Tapi aku terlmabat,,, 

Maaf karena aku telah menghabiskan semua tanpa menawarkan kepadamu.

Sampai dasar cangkir yang tak terlihat terhalang ampas.

Namun tanpa ku bagi kau pasti sudah tahu rasanya, karena kau ada sebelum aku.

Aku harus pergi semesta, maaf untuk kopinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun