Mohon tunggu...
Mohammad Gito
Mohammad Gito Mohon Tunggu... Insinyur - Penulis Pemula yang mulai belajar mengisi hidupnya dengan menulis

KULI DI LUAR NEGERI YANG SELALU MEMPERHATIKAN JALANNYA EKONOMI DAN PEMERINTAHAN DI INDONESIA

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Papua oh Papua

16 Juli 2019   15:08 Diperbarui: 16 Juli 2019   17:42 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Tulisan ini hanya bertujuan mengkritik, silahkan dibaca tanpa harus menghujat subjek berita ini ataupun penulisnya.

Sulit untuk memahami ada kepala daerah yang memberikan pernyataan  pada mahasiswa asal daerahnya yang kuliahnya diluar negeri dibiayai dana otonomi khusus namun tidak diwajibkan untuk mengabdi didalam negeri.

Berikut Pernyataan gubernur papua saat menemui mahasiswa papua di new zealand yang dibiayai dana otonomi khusus  (15/7/2019) :

"Adik-adik ini beasiswanya berasal dari dana otonomi khusus yang secara undang-undang pendanaannya akan berakhir pada tahun 2021. Jadi kalian semua harus bersungguh-sungguh untuk secepat mungkin menyelesaikan kuliah. Harus ada kesadaran dalam diri sendiri untuk menentukan target-target agar dapat selesai sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan, sebagai putra putri Papua yang sedang menimba ilmu di luar negeri seharusnya mempunyai tingkat kritis yang tinggi yang bisa memberikan masukan yang konstruktif terhadap pembangunan di Papua.

"Kalian-kalian ini tidak wajib untuk pulang ke Papua setelah selesai kuliah nanti. Kalo kalian nanti mau bekerja di sini atau di Australia atau di mana saja, silahkan. Nanti kita yang di Papua akan bangga jika mendengar bahwa ada orang papua yang kerja di perusahaan-perusahaan besar di luar negeri. Tapi jika ada pemikiran-pemikiran bagus dan konstruktif sampaikan saja ke kami"

Apa yang akan terjadi jika negara membiayai putra-putrinya untuk menimba ilmu, tapi putra-putrinya tersebut tidak bisa membangun daerah dan bangsanya sendiri?

Sia-sia, nihil, minus, dan rugi.

Semua Negara di dunia menginginkan investasi yang mereka berikan kepada rakyatnya bisa kembali untuk membangun dan mensejahterakan  negaranya, contohnya saja yunani, sejak dilanda krisis 2010 negara mereka kekurangan orang-orang yang kompeten dibidangnya karena banyak warganya pergi bekerja di jerman, inggris, swiss dan negara eropa kaya lainnya.

Sekitar 300.000 - 400.000 Greeks (orang yunani asli) berumur 20-30 tahun dengan 2/3 nya memiliki sarjana dan master degree be-emigrasi ke negara Eropa yang lain (berdasarkan survei emmanouil Pratsinakis, peneliti oxford yang dibiayai greece Onassis foundation). 

Sangat banyak profesi dokter yang ber-emigrasi sehingga yunani kekurangan 8000 dokter saat ini. Bisa dibayangkan susahnya orang sakit disana.

Papua yang notabene masih daerah yang (maaf) masih tertinggal, ada di nomor buncit IPM (Indeks pembangunan manusia) No. 34 dari 34 provinsi di indonesia, apakah cuma ingin bangga warganya kerja di negara lain?  Lah bagaimana dengan papuanya sendiri, akan ditinggalkan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun