Pujian Kasur
Anselmus Ananda Caesarino
Di sudut kota yang sepi
hanya aku duduk seorang diri
bersama secangkir sepi yang tak pernah pergi.
Orang-orang sibuk menghibur diri
menyanyikan nyanyian hura bernada haru di tepi hari.
Angin malam membawakan sebuah bisikan semu.
Bisikan semu yang membawa suaramu.
Diatas semua keramaian dunia malam
masih ada kenyataan gelap yang menaungi bulan.
Samar-samar ku dengarkan
suara-suara bersenandung
mengidungkan mazmur.Â
Mazmur itu lama-lama melantur
lari ke sana
lari ke sini
tak jelas apa maksudnya.
" Tuhan, aku mengucap syukur kepada kasur,Â
mengucap rindu pada secarik tisu.Â
Aku menelan sebutir cacat, dan cacat itu nikmat."