Mohon tunggu...
Anisah
Anisah Mohon Tunggu... Guru - Anisah,S.Pd., M.S.I

Mengajar Bahasa Indonesia di MTsN 1 Magelang, Magister Studi Islam, Universitas Islam Indonesia, Wartawsn Majalah Rindang, Semarang, tahun 2019, Kontributor di Majalah Sejahtera, Semarang tahun 2020

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Banjir

21 Juli 2020   14:48 Diperbarui: 21 Juli 2020   14:42 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Banjir melanda dusun

Hujan sangat lebat

Malam itu terdengar suara gemuruh

Warga keluar rumah

Haaaaa

Kaget mareka

Air  menggenangi halaman rumah

Warga bergegas menyelamatkan diri

Tetapi ada dua orang yang hanyut

Tersangkut di akar pohon kelapa dan pohon beringin

Empat puluh hari sudah mereka dikuburkan

Badrun,"Kang Hadi, sudah cukup lama kita di alam kubur".

Hadi," Ya, saya dan kamu berbeda rasa".

Badrun,"Masak begitu, Kang Hadi?"

Hadi," Ya, saya lihat setiap

hari hidanganmu lengkap".

Badrun," Kamu juga lengkap, kan?"

Hadi," Tidak".

Hidangan Badrun setiap hari buah-buahan mewah dan air minumnya susu. Sedangkan Hadi hanya memiliki air putih.

Itu karena keempat anak Badrun setiap hari membaca Al Quran, tahlil, tahmid, dan sholawat. Setiap Kamis sore menziarahi kuburannya.

Sedangkan anak-anak Hadi tidak pernah melakukan itu. Air putih didapatkan dari doa khotib Jumat. Itu pun doa untuk seluruh umat Islam di seluruh dunia, baik yang masih hidup maupun sudah mati.

Magelang, 21 Juli 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun