Penutup: Kembali ke Akar Yogyakarta
Yogyakarta, kota seribu keistimewaan ini memang tak selalu lantang. Tapi dibalik diamnya kota ini menyimpan banyak suara terpendam didalamnya. Lewat seni, diskusi, atau sekadar mural yang berani, warga kota menunjukkan cintanya. Karena bagi mereka, cinta bukan diam-diam menerima segala kebijakan yang datang dari luar keasliannya, tapi berani menyuarakan ketimpangan atau kejanggalannya.
 Melihat berbagai realitas tersebut, sebagaimana tercermin dalam pemberitaan-pemberitaan yang ada seperti, Kompas dan Tirto, kita sadar bahwa Yogyakarta bukan kota yang diam, ia berbicara dengan caranya sendiri. Dalam diam itulah,  perlawanan mereka lahir, hidup, dan mengakar dengan kuat.
Sumbu Yogya masih ada. Tapi mari pastikan ia tidak hanya jadi garis lurus dalam cerita, melainkan poros hidup yang berpihak pada semua. Itulah cara kita menjaga Yogya tetap jadi kota yang istimewa bukan hanya bermakna pada nama, tapi juga dalam jiwa.
Â
Penulis: Annisa Fitri Novianti
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI