Mohon tunggu...
Annisaa Ganesha
Annisaa Ganesha Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kumpulan Mahasiswi Ideologis

Berdakwah dengan pena digital

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Merdeka Belajar atau Merdeka dari Belajar?

25 Mei 2020   15:19 Diperbarui: 25 Mei 2020   15:10 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Mendikbud Nadiem Makarim mengembalikan pelaksanaan Ujian Sekolah Berbasis Nasional (USBN) ke sekolah. Ujian tersebut dilakukan untuk menilai kompetensi siswa dalam bentuk tes tertulis atau bentuk penilaian lainnya yang lebih komperehensif. Dengan itu guru dan siswa dipercaya akan lebih merdeka dalam penilaian hasil belajar siswa (Liputan6.com).

Program tersebut merupakan salah satu program yang dicanangkan oleh Nadiem Makarim sebagai realisasi dari konsep merdeka berpikir yang ia bawa. 

Program lain diantaranya adalah penghapusan Ujian Nasional dan penyelenggaraan Assesmen Kompetensi Minimum dan Survey Karakter, serta penyederhanaan penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dari beberapa halaman menjadi satu halaman saja. Dalam hal ini, guru bebas memilih, membuat, dan mengembangkan format RPP yang ada.

Pada kenyataannya, program Merdeka Belajar ala mendikbud ini merupakan salah satu sarana untuk semakin melegalkan program yang digencarkan oleh rezim. 

Kemerdekan berpikir ini memiliki makna kebebasan berpikir dalam menentukan program pembelajaran yang dalam sistem sekarang ini sangat jelas terlihat semakin menjauhkan siswa dari agama Islam. 

Agama dirasa tidak penting lagi dalam pengambilan kebijakan atau bahkan dalam setiap tahap pembelajaran. Ilmu sains dan agama seolah menjadi dua hal yang berbenturan, maka patut dipertanyakan apakah program ini adalah program merdeka belajar atau justru merdeka dari belajar? 

Sudah sangat jelas terlihat bahwa program ini merupakan salah satu program dalam menangkal radikalisme dan intoleransi, dimana arti radikalis dan intoleran yang dimaksud adalah berpegang teguh pada agamanya. Upaya ini sudah pasti menjauhkan kaum muslim dari ajarannya.

Program merdeka berpikir ini meliberalisasi pemikiran guru dan mengandalkan penurunan ilmu dari seorang guru kepada murid-muridnya, sehingga ummat akan memiliki karakter yang serupa yaitu jauh dari aturan agamanya. Penyamarataan karakter seolah menjadi tujuan sebenarnya dari program ini. 

Terciptanya generasi pekerja yang materialistik dan egois serta munculnya penguasaan sains teknologi dan ketrampilan tanpa memperhatikan bagaimana keimanan, ketakwaan, akhlak, perilaku, kepribadian, dan karakter siswa. Akhirnya mereka hanya akan menjadi bagian dari robot kapitalis.

Berharap generasi membaik dikala sistem sekuler mengakar dalam negri adalah sebuah khayalan. Dikala islam tidak lagi jadi pedoman dalam kehidupan, keimanan dikesampingkan, maka Islam hanya akan jadi agama ritual saja. 

Membiarkan sistem ini terus berlangsung sama saja membiarkan generasi ini semakin terjerumus dalam rusaknya sistem sekuler. Oleh karena itu diperlukan perubahan mendasar hingga akidah Islamiyyah menjadi landasan sistem pendidikan. Dengan sistem pendidikan Islam, maka akan lahir prinadi-pribadi yang memiliki kepribadian Islam. 

Kepintaran dan ketrampilannya akan digunakan untuk perbaikan kondisi dan taraf masyarakat, bukan hanya untuk keuntungan individu saja. Untuk merealisasikan hal tersebut, negara wajib menyediakan pendidikan yang baik dan berkualitas untuk seluruh masyarakatnya. 

Dengan Islam yang komprehensif, penyelesaian yang mendasar dari seluruh aspek kehidupan, maka hak pendidikan pasti akan dirasakan oleh seluruh masyarakat. (April)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun