Mohon tunggu...
ANNISA NARDA RAFETHEA
ANNISA NARDA RAFETHEA Mohon Tunggu... Lainnya - Sedang Berusaha

Tertanda saya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Saat Panca Indra Berbicara

24 November 2020   13:45 Diperbarui: 24 November 2020   14:11 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://uwaandri.wordpress.com/

            Tuanku mandi sebelum ia pergi, tuanku memang sangat rajin dalam hal menjaga kesehatan tubuhnya terutama kulit, sehingga tidak ada satupun panu ataupun kudis yang menempel di bagian ku yang satu ini (kulit). Setelah mandi tak lupa ia memakai sunscreen di kulitnya agar tidak terbakar sinar matahari, sehingga bagian lain ku aman. Ternyata cuaca hari ini lebih panas dari yang aku bayangkan sampai membuat Korpuskula ruffini ku lebih terasa.

Sesampainya di caf, aroma kopi langsung menyeruak, Indra pembau ini memiliki reseptor khusus berupa kemoreseptor. Bagian yang berperan sebagai kemoreseptor pada hidung yakni sel olfaktori yang terletak pada jaringan epitel olfaktori dilangit-langit rongga hidung. Sel-sel olfaktori akan mengirimkan impuls melewati akson menuju bulbus olfaktori pada otak. Tuanku mencari sesosok yang akan ia temui hari ini, ternyata sesosok itu belum juga datang. Selang beberapa menit ia datang  dengan sepuntung rokok di sela -- sela jarinya. Astagaa ini sangat mengganggu, hidungku terasa sangat mampet, dan asal anda tau temannya tuan ku, rokok mengandung nikotin yang bisa meningkatkan tekanan darah, glukosa darah, detak jantung, dan bersifat adiktif. Selain itu, asap rokok akan merusak permukaan selaput lendir hidung dan mengganggu aliran drainase sinus.

            Tuanku berbincang -- bincang dengan temannya. Namun ada hal ganjil yang dapat aku lihat dari temannya tuanku, mengapa indra nya terlihat tidak bekerja dengan baik. Barista datang dengan membawa pesanan, 2 shot espresso. Waah.. lidah pengecapku merasakan pahit yang mendominasi, kurasa kafein penyebabnya. Pada saat kita makan, bahan kimia dari makanan  tersebut memasuki papila. Zat kimia ini (atau perasa) tersebut menstimulasi sel-sel khusus gustatory di dalam indera pengecap, kemudian mengaktifkan reseptor syaraf. Reseptor tersebut mengirim sinyal ke serat saraf wajah, glossopharyngeal, dan juga vagus. Saraf-saraf tersebut membawa sinyal ke medulla oblongata, yang meneruskannya ke talamus dan juga korteks otak di otak. Inilah mengapa lidah tersebut menjadi panca indra pengecap.

Kafein : "Hai aku kafein, bubuk berwarna putih dan memiliki rasa sangat pahit. Aku merupakan senyawa stimulant yang terkandung dalam makanan contohnya kopi. Apabila aku dicampur dengan obat, aku bisa membantu kamu untuk meningkatkan fungsi memori otak dengan memberikan rangsangan pada sistem saraf pusat. Aku sangat sering menemani manusia saat bergadang, entah membantu mengerjakan tugas, atau hanya menemani saat mereka berkumpul bersama teman."

            Aku sangat penasaran, apa yang terjadi dengan indra pada temannya tuanku, lalu mengapa ia terlihat sangat gelisah. Otakku terus bekerja dengan indra penglihatanku, yang sedang mengamati nya.

Tidak aku sangka, aku melihat dia masuk ke dalam kopi temannya tuanku, yang aku tahu dia adalah kokain.

Kokain : "Perkenalakn aku Kokain, aku digunakan untuk membantu manusia sebagai anestetik lokal, khususnya untuk pembedahan mata, hidung dan tenggorokan, karena efek vasokonstriksif yang aku miliki. Aku sangat baik bukan?"

Indra    : "Tidak, kau membuat Indra yang dimiliki temannya tuanku rusak, dan dia selalu terlihat gelisah"

Kokain : "Tidak.. itu bukan salahku, kau jangan menuduhku"

Otakku terus berfikir untuk membuat temannya tuanku, menghentikan kebiasaan buruknya. Namun, yang aku lakukan malah membuat tuanku pergi dari caf ini.

Selang beberapa hari setelah pertemuan itu, aku melakukan kegiatan seperti biasanya. Sepulang sekolah, menyusuri gang, entah mengapa otakku berinisiatif untuk menemui temannya tuanku. Entah mengapa ia tidak masuk sekolah hari ini, mungkin karena sakit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun