Mohon tunggu...
Annie Nugraha
Annie Nugraha Mohon Tunggu... Blogger dan Crafter

https://www.annienugraha.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Juanga Culture, Obat Kangen Akan Tidore dan Rumah Kreativitas di Jogyakarta

21 November 2020   14:46 Diperbarui: 21 November 2020   15:00 464
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri
Dokpri
Juanga Culture
Juanga Culture
Juanga Culture Jogjakarta
Juanga Culture Jogjakarta
Sekitar setahun yang lalu saya dikontak oleh Sadam Abdul Aziz (Bams). Seorang anak muda asal Tidore berwajah manis dengan penampilan bak Pocahontas yang ciri khasnya adalah rambut hitam panjang dikepang dua (kanan dan kiri).

Tapi meski penampakannya sama, mereka tetap berbeda. Beda kelamin. Kalo Pocahontas cantik, Bams berjenggot. Ya iyalah. Kan Bams cowok. Meskipun manisnya sama.

Seperti biasa, obrolan kami topiknya ngalor-ngidul, tambah lancar dan panjang kalau Bams pulsanya banyak atau sedang berada di satu tempat yang wifi nya gratis. Tapi sekali ini berbeda. Tampaknya ada berita penting yang ingin disampaikannya.

Bams mengabarkan bahwa dia akan "ngungsi" ke Jogya. Kota dimana dia pernah menuntut ilmu dan menamatkan S1. Kabarnya dia akan cari tempat untuk lebih mengenalkan Tidore kepada masyarakat luas, khususnya Jogyakarta. 

Yang disosialisasikan bukan hanya makanan, minuman, tapi juga budaya Tidore dan mengikutsertakan budaya daerah-daerah lain di Nusantara. Wah mendadak saya begitu antusias. Secara. Ini kan kerjaan penuh idealisme dengan rengkuhan niat yang sangat luas.

LAHIRNYA JUANGA CULTURE

Beberapa bulan kemudian, Bams mengontak saya kembali. Datang dengan kabar gembira bahwa dia sudah menemukan tempat yang tepat, dan berhasil membangun kontak dengan banyak saudara-saudara sedaerah yang sedang menuntut ilmu di Jogya.

Anggaplah sebagai markas bersama, rumah bersahaja tempat mereka bisa ngumpul bareng sambil ngobrol dengan bahasa daerah yang sama. Aaahh saya mengangguk takzim. Memang seneng rasanya bisa berbicara dalam bahasa daerah disaat kita dalam perantauan. Serasa menemukan saudara baru di tengah tempat yang baru. Sayapun pernah merasakannya.

Adalah sebuah rumah joglo dengan luas tanah sekitar seperempat lapangan bola. Rumahnya dibangun dengan konsep terbuka sehingga udara bisa dengan bebas hilir mudik. 

Dilengkapi dengan fasilitas halaman rumput, tempat parkir, toilet, mushola kecil, dan lain lain, rumah yang berada di daerah Bantul ini diberi nama JUANGA Culture. Nama yang unik. Percampuran antara kosa kata Tidore dan Bahasa Inggris untuk menonjolkan bahwa tempat ini memiliki konsep universal.

Pada kesempatan komunikasi sekali ini, Bams meminta bantuan saya untuk mendoakan agar semuanya bisa berjalan lancar sesuai rencana. Karena dia dan teman-teman sedang berjuang untuk melahirkan Juanga Culture.

Juanga sejatinya adalah sebuah kapal, sebuah bahtera, yang bisa mengangkut, menampung dan menahkodai banyak orang. Diambil dari sebuah kapal legenda Moloku Kie Raha milik Tidore. Sementara kata culture sendiri diambil dari bahasa Inggris yang berarti budaya.

Mengutip lebih lanjut uraian yang disampaikan Bams tentang alasan dia memilih kata Juanga sebagai nama rumah kreativitas ini, membuat saya tersentak. Ternyata hal ini dilakukannya karena ada sejarah romantisme yang sangat kuat sekali dan menyentuh saat Tidore dipimpin oleh Sultan Mansyur.

Dalam hikayatnya, beliau pernah membantu 2 misionaris, Ottow dan Geisser yang dalam perjalanan ke Papua untuk menyebarkan agama Kristen. Meyakinkan bahwa mereka bisa sampai ke Papua dengan selamat, Sultan Mansyur memberikan sebuah kapal Juanga yang dikawal oleh 37 perwira muslim dan Sangaji Laho sebagai Qdhi (hakim tertinggi keagamaan Tidore). Tak hanya itu. Ke-2 missionaris inipun mendapatkan fasilitas makanan, minuman, kamar, dan pengawalan yang baik dari Kesultanan Tidore.

Kebijakan, jiwa kenegaraan, dan kebaikan hati beliau inilah yang menginspirasi Bams untuk menggunakan kata Juanga sebagai bagian dari jenama rumah budaya yang didirikannya di Jogyakarta. Bams ingin berkata kepada dunia bahwa orang Tidore itu memiliki kelembutan hati, bersikap terbuka, dan mau menolong sesama, meski ada perbedaan dalam keyakinan.  Tidore adalah simbol keterbukaan dalam kebersamaan.

KEGIATAN JUANGA CULTURE

Ikhtiar yang gigih dan konsisten akan membuahkan hasil yang setara dengan apa yang sudah kita usahakan. Saya percaya itu. Dan terbukti. Juanga Culture, pelan tapi pasti, mampu mewujudkan dan menjalankan visi misi di awal berdiri. Banyak kegiatan yang sudah diadakan di rumah kreativitas ini.  Mulai dari performance musik, pameran handicraft dan produk-produk handmade dalam sebuah pasar seni, discussion floor, sampe sekedar ngobrol-ngobrol sharing pengalaman serta ide-ide.

Semua diikuti oleh publik yang haus dan antusias akan kegiatan-kegiatan penuh makna dan sarat budaya. Ruang tampilannya pun tak hanya khusus untuk Maluku tapi juga kehadiran berbagai unsur musik dan seni yang ada di beberapa provinsi di Indonesia.

Sementara untuk melengkapi hadirnya "rasa Tidore", Bams menawarkan Kopi Dabe, kopi khas Tidore. Pun beberapa panganan khas Tidore lainnya, dan identifikasi fisik yang mengingatkan kita akan Bumi Marijang, tanah Maluku Utara. 

Bisalah jadi obat kangen akan tanah leluhur bagi perantau Tidore atau yang sudah berkali-kali menginjakkan kaki di bumi Marijang seperti saya. Gambaran mini visual lewat berbagai media seperti foto juga bisa menjadi ilmu pengetahuan bagi mereka yang belum pernah menginjakkan kaki di Tidore.

JUANGA CULTURE: Jl. Prapanca No. 99, Bantul, Jogyakarta.  Lokasinya ada di samping selatan Sekolah SMKI dan sisi timur warung jus buah.  (duh saya ngetik ini sambil senyum-senyum sendiri karena di pulau Jawa untuk mengarahkan sesuatu itu menggunakan arah mata angin).

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun