Mohon tunggu...
Anne Tobing
Anne Tobing Mohon Tunggu... Proses Belajar

Menulis dengan bahasa yang ringan saja.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Podcast, Passion, dan Perjalanan Baru Seorang Pendidik

25 Juni 2025   14:34 Diperbarui: 25 Juni 2025   14:34 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cover Podcast "Madame Irma Bercerita" (Sumber: Koleksi Pribadi)


"Carilah usaha yang sesuai dengan passion-mu."
 Kalimat itu terus terngiang di kepala saya. Setelah lebih dari 20 tahun berkarier di dunia pendidikan, saya mulai bertanya pada diri sendiri: apakah saya akan tetap di jalur ini selamanya? Apa yang akan saya lakukan setelah pensiun? Apakah saya akan berhenti berkarya dan menjadi penonton hidup saja?

Saya adalah seorang ibu sekaligus pendidik. Sejak remaja, saya sudah aktif mengajar anak-anak di Sekolah Minggu, dan profesi ini berlanjut hingga saya menyelesaikan studi pendidikan. Meski dunia pendidikan sudah seperti rumah kedua bagi saya, jauh di lubuk hati saya pernah bercita-cita menjadi seorang psikolog. Saya suka mengamati perilaku anak-anak, memahami fase tumbuh kembang mereka, dan mendampingi mereka dalam proses menjadi pribadi utuh.

Sayangnya, jalan menuju cita-cita itu tak semulus harapan. Saya gagal masuk jurusan Psikologi di universitas negeri. Tapi saya tak menyerah. Saya memilih kuliah di bidang pendidikan, yang di dalamnya juga memuat aspek psikologi anak. Dan ternyata, saya jatuh cinta pada dunia mengajar. Profesi ini memberi ruang untuk saya berkomunikasi, berbagi, dan belajar terus menerus.

Namun, seiring waktu, saya ingin punya ruang baru; ruang yang bisa menampung semua passion saya: komunikasi, psikologi, dan pendidikan. Maka saya mulai melirik dunia podcast.

Dari Cita-cita ke Aksi

Langkah pertama saya adalah belajar. Saya menyelami podcast-podcast di YouTube dan Spotify, mempelajari gaya para host, tema yang mereka angkat, dan cara mereka membangun koneksi dengan pendengar. Saya pun memiliki podcaster idola, dari mana saya belajar pentingnya personal branding, termasuk menyusun kalimat pembuka dan penutup khas agar pendengar bisa mengenali identitas saya.

Saya mengajak anak saya untuk mendesain cover podcast yang mencerminkan kepribadian saya. Kami pun memilih nama acara yang unik dan mudah diingat, yang sekaligus menjadi nama akun media sosial saya. Rasanya seperti mewujudkan mimpi kecil menjadi nyata.

Tema pertama saya adalah tentang liburan yang produktif, karena saat itu bertepatan dengan masa liburan sekolah. Saya memilih topik-topik ringan seputar pendidikan, parenting, dan finansial, hal-hal yang saya kuasai dan saya alami sendiri.

Tantangan di Balik Layar

Tentu saja perjalanan ini tidak mulus. Kendala teknis paling menyulitkan adalah saat perekaman. Saya sering kesulitan menyelaraskan latar musik dan suara, atau menyunting bagian yang kurang perlu. Beberapa kali saya harus merekam ulang karena suara terdengar tidak natural. Untungnya, anak saya dengan sabar membantu saya belajar menyunting dan mengevaluasi hasilnya.

Tantangan lain adalah menjaga gaya bicara agar tetap hidup, menyatu dengan emosi, tapi tidak berlebihan. Saya ingin pendengar merasa seperti sedang mengobrol, bukan mendengarkan ceramah.

Namun semua kelelahan itu terbayar saat saya mendapat komentar dari salah satu pendengar:

"Suara Ibu menyejukkan dan khas sekali, enak didengar."

Komentar itu begitu sederhana, tapi menyentuh. Saya menyimpannya di hati, sebagai penyemangat untuk terus berkarya.

Konsisten Meski Belum Menghasilkan

Saya memilih Spotify sebagai platform utama karena praktis dan sesuai dengan jadwal saya yang padat sebagai pekerja. Saya pun mulai mempromosikannya lewat akun media sosial pribadi, meski jangkauan pendengarnya masih terbatas.

Saya sadar, podcast ini belum menghasilkan secara finansial. Tapi bagi saya, nilai utamanya bukan pada uang, melainkan pada konsistensi, keberanian memulai, dan kebermaknaan karya. Saya menjadwalkan setidaknya satu episode per minggu, dikerjakan di luar jam kerja formal saya.

Saya percaya, bila dilakukan dengan hati, karya ini akan menjadi warisan suara saya, yang kelak bisa didengar anak dan keluarga saya, bahkan saat saya tak lagi ada.

Penutup

Podcast ini bukan hanya tentang suara, tapi tentang jejak hidup. Ia adalah bentuk baru dari passion lama saya yakni mendidik, berbagi, dan memberi makna. Meskipun perjalanan ini masih panjang, saya yakin: ketika kita memulai dengan hati, jangan pernah punya niat untuk berhenti.

Jika ingin mendengar Podcast saya, silahkan berkunjung ke https://open.spotify.com/show/5gyGZER5FqLBidLnRP2X6V?si=ILUWHv1LSiKuTCMQdFmBdQ

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun