Mohon tunggu...
Anna Melody
Anna Melody Mohon Tunggu... -

Melihat dari sudut pandang berbeda...

Selanjutnya

Tutup

Healthy

"Udang" Dibalik Harga Rokok

26 Agustus 2016   10:52 Diperbarui: 26 Agustus 2016   20:46 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rokok Bakar Uang Orang Miskin, sumber gambar : pastikamubisa.blogspot.com

Wacana harga Rokok Rp 50ribu yang dihembuskan oleh Prof Thabrany Hasbullah dan team, menuai pro dan kontra..

-Bukan perokok = sorak sorai

-Perokok = marah-marah

-Industri rokok = gelisah

-Pemerintah dan wakil rakyat = buru2 mengatakan itu hanya isu, menolak, sibuk mengecam ide tsb, dst.

 

Dari sini saja sudah jelas, tidak ada komitmen sama sekali dari pemerintah dan wakil rakyat untuk membuat rakyatnya sehat :

1. Mengatakan harga rokok di indonesia sudah mahal, faktanya tidak perlu jauh2, bangsa serumpun saja, harga rokok di malaysia 49-56ribu/bungkus

Sumber 1

2. Mengatakan demi petani tembakau, faktanya 40-60% tembakau sekarang adalah IMPORT, dan selama ini nasib petani tembakau TIDAK SEJAHTERA

Sumber 2, 3

3. Mengatakan pekerja 6 juta, faktanya hanya ratusan ribu, 6 juta itu semua pekerja industri terkait dihitung, termasuk pemilik warung yang notabene menjual banyak produk selain rokok, dan mungkin kakek nenek pemilik warung juga ikut dihitung, hahaha

4. Phk besar2an bila rokok dinaikkan, faktanya itu hanya akal-akalan dan isu yang disebarkan untuk menyandera pembuat kebijakan, dan ternyata sejak 2006 produsen rokok sudah mulai mem-PHK diam-diam secara besar-besaran karena tenaga orang diganti mesin.

Sumber 4

5. Faktanya BPJS bangkrut harus membayar penyakit akibat rokok, dan ribuan penyakit lain harus meninggal krn budget bpjs utk perokok

Sumber 5

 

Yang terjadi hanya mengejar pajak dan pajak yang notabene ditarik dari uang rakyat miskin yang membeli rokok. Rakyat miskinlah yang :

-membeli rokok (bukan sukarela tapi kecanduan)

-yang memberi omset dan profit ke produsen

-yang membayar gaji pekerja

-yang membeli tembakau petani

-yang membayar pajak dan cukai rokok ke pemerintah !

Bukan produsen rokok! Sadari dan camkan itu..

 

Jadi janganlah "menghamba" pada produsen rokok, karena bos yang sebenarnya adalah rakyat miskin pembeli rokok!

Jadi tidak ada itu namanya efek domino ekonomi, guncangan dll, itu hanya istilah canggih2 untuk menutupi motivasi tidak baik dari oknum2 terkait.

Bahkan bika seandainya rokok dilarang beredar detik ini juga, yang terjadi hanyalah perpindahan dana :

- gaji pekerja rokok pindah ke rakyat miskin

- pendapatan tembakau petani pindah  ke kantong rakyat miskin

- cukai dan pajak juga tetap di kantong rakyat miskin, lebih banyak dana untuk membayar sekolah dan gizi anak2 serta keluarga..

 

Apalagi hanya dinaikkan jadi 50rb/bungkus :

-hanya pekerja yang memang sengaja diphk sebagai respon protes produsen, gpp gertak balik saja : "lu berani phk, gua naikin jadi 100ribu per bungkus", haha

-omset dan profit produsen tetap, bahkan naik (bila harga rokok naik 3x lipat, tidak mungkin konsumen turun1/3 langsung karena masih kecanduan, jadi omset akhirnya malah naik)

-omset dan profit petani tetap, bahkan naik bila harga tembakau naik dan import tembakau dikurangi

-omset dan profit pedagangpun tetap

-apalagi pajak dan cukai, malah naik iya..

 

Lha omset naik, profit naik, pajak naik, semua pihak diuntungkan, lalu kenapa semua buru-buru menolak?

-sekarang konsumen orang miskin berkurang

-qty rokok/orang berkurang drastis = lebih sehat = klaim bpjs berkurang = tidak lagi kecanduan!

Nah disanalah kata kuncinya, tidak lagi kecanduan!

Rokok itu selama harganya masih murah = adalah bentuk penjajahan bagi orang miskin dan bodoh dengan zat kimia candu.

Jadi siapa "penjajah" itu sebenarnya? Jawab saja sendiri sambil berkaca, hehe.... 

 

#FridayIntermezzo

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun