Mohon tunggu...
Siska Dewi
Siska Dewi Mohon Tunggu... Administrasi - Count your blessings and be grateful

Previously freelance writer https://ajournalofblessings.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Pertimbangkan Ini Sebelum Menerima Kembali Karyawan yang Pernah Resign

18 Maret 2021   20:40 Diperbarui: 19 Maret 2021   02:55 2128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi menerima kembali pegawai yang pernah "resign" (foto: yanalya/freepik.com)

Berkali-kali saya menemani karyawan yang bergumul dalam mengambil keputusan untuk pindah ke perusahaan lain. Seberat apa pilihannya? Seberat saya harus menyodorkan tissue yang ada di meja saya.

Ada kalanya pilihan mereka tidak tepat. Beberapa bulan kemudian, saya menerima mereka kembali seperti perumpamaan "anak yang hilang". Namun tidak jarang juga, mereka bahagia dan terus berkarya dengan pilihan barunya.

Kutipan di atas adalah pengalaman Mardi Wu, sepupu saya. Soal menemani karyawan yang bergumul untuk pindah kerja, saya punya pengalaman yang sama.

Sedih? Pasti! Pada umumnya, karyawan yang berani berterus terang kepada atasan mengenai rencana pindah kerja adalah yang sudah memiliki relasi yang sangat baik. 

Tanpa unsur saling percaya, hampir mustahil seorang karyawan akan membuka diri kepada atasan mengenai pergumulannya untuk pindah kerja.

Ya, selama 30 tahun perjalanan karier saya sebagai pemimpin unit kerja, tidak jarang saya menemani anggota tim yang sedang bergumul untuk pindah kerja. Namun, tidak sedikit juga anggota tim yang tetiba mengajukan pengunduran diri setelah sering izin sakit. 

Rata-rata mereka yang berada di kelompok pertama adalah anggota tim yang saya andalkan. Tidak jarang, saya menginvestasikan cukup banyak waktu dan tenaga untuk membimbing mereka di masa awal mereka bergabung di perusahaan. 

Beberapa di antara mereka adalah orang-orang yang saya persiapkan untuk menjadi suksesor saya. Namun demikian, saya menghargai apapun keputusan mereka.

Berbeda dengan pengalaman Mardi, saya belum pernah menerima kembali "anak yang hilang". Sebagian mereka yang saya dampingi dalam pergumulan, memutuskan tidak jadi pindah. Bahkan hingga bertahun-tahun setelah saya meninggalkan perusahaan tersebut, mereka masih di sana, menggantikan posisi saya. Sebagian lagi jadi pindah, dan seperti kata Mardi, mereka bahagia dan terus berkarya dengan pilihan barunya.

Meskipun saya sendiri belum pernah menerima kembali "anak yang hilang", namun dalam perjalanan di unit kerja Sumber Daya Manusia (HRD), beberapa kali saya mendampingi rekan kerja yang ingin menerima kembali mantan karyawan yang pernah resign. 

Dalam menghadapi situasi ini, pertama saya akan melihat kembali catatan personalia mengenai sikap, perilaku dan etos kerja kandidat yang bersangkutan di masa lalu. Jika ada catatan negatif, maka sangat kecil kemungkinan saya akan merekomendasikannya.

Ilustrasi resign (foto: golife.id)
Ilustrasi resign (foto: golife.id)
Jika tidak ada catatan negatif, maka saya akan meminta rekan kerja untuk mengingat kembali mengapa dulu kandidat tersebut memutuskan resign. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun