Mohon tunggu...
Veeramalla Anjaiah
Veeramalla Anjaiah Mohon Tunggu... Administrasi - Wartawan senior

Wartawan senior

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Orang Azerbaijan di RI Memperingati 'Black January' ke-27

22 Januari 2017   15:48 Diperbarui: 22 Januari 2017   15:52 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Courtesy of Azerbaijan Embassy | Makam-makam para pahlawan tragedi 20 Januari 1990 di Taman Makam Pahlawan di kota Baku.

Veeramalla AnjaiahAnggota komunitas Azerbaijan di Indonesia pada hari Jumat (20 Januari) memperingati tragedi yang terjadi 27 tahun lalu di Azerbaijan, sebuah negara kecil yang kaya akan minyak di Kaukasus Selatan. Tragedi ini dikenal sebagai “Black January”.

Dua puluh tujuh tahun lalu, persis pada malam 20 Januari, 1990, 26,000 pasukan Soviet lewat darat, laut dan udara menyerang Baku, ibu kota Azerbaijan, dan membunuh lebih dari seratus orang tanpa ampun. Pasukan Soviet mendorong Baku dalam keadaan darurat. 

Banyak ahli memandang “Black January” (Januari Kelam) sebagai kesalahan terbesar dari pemimpin Uni Soviet pada saat itu Mikhail Gorbachev.

Tragedi ini mempercepat hancurnya Uni Sovet dan di sisi lain menginspirasi pejuang kemerdekaan Azerbaijan, negara yang mayoritas pendudukny orang Muslim, untuk meningkatkan perjuangan mereka untuk kemerdekaan.

Menurut laporan investigasi resmi Kantor Jaksa Agung Azerbaijan, invasi tersebut membunuh 132 orang, melukai 612 orang dan menyebabkan 841 orang ditangkap dengan ilegal.

Ratusan bangunan hancur, menyebabkan negara dan warganya menderita di tengah kerusakan materi yang besar. Azerbaijan merupakan bagian dari Uni Soviet hingga 1991, saat Azerbaijan memisahkan diri dan mendeklarasikan kemerdekaannya.

Pimpinan-pimpinan di Moskow membenarkan invasi mereka dengan alasan kepentingan evakuasi warga Armenia yang tinggal di Baku. Ini adalah sebuah kebohongan besar.

Setelah pembubaran otoritas sipil, Kantor Komandan Militer Soviet bersama jaksa militer Uni Soviet, tidak menginvestigasi “pembantaian” tersebut karena tidak adanya dasar fakta.

Dalih itu hanya digunakan untuk membenarkan invasi di Baku, tujuan sebenarnya adalah penekanan pergerakan nasional untuk kemerdekaan dan protes damai terhadap tindakan-tindakan agresif dari republic tetangga, Armenia, yang kala itu sedang mengajukan klaimnya terhadap Azerbaijan.

“Pernyataan keadaan darurat di Baku dan pengerahan pasukan di kota adalah kesalahan terbesar selama karir politik saya,” aku mantan presiden Uni Soviet Mikhail Gorbachev dalam pernyataannya di Istanbul pada tanggal 27 April 1995.

Sebelum invasi ini, ada niatan yang kuat antara warga Azerbaijan untuk memperjuangkan kemerdekaannya dari Uni Soviet, yang menduduki Azerbaijan sajak tahun 1920. Warga Azerbaijan merobohkan pagar-pagar perbatasan dengan Iran karena pagar-pagar tersebut memisahkan mereka dari etnis masyarakat Azerbaijan yang lebih besar di Iran. Front Populer Azerbaijan, sebuah organisasi yang memperjuangkan kemerdekaan, merebut banyak kantor kepemerintahan di Baku dan daerah-daerah lainnya.

Pada tanggal 9 Januari 1990, Armenia, sebuah Republik Soviet, setuju untuk menjadikan Nagorno-Karabakh, yang merupakan teritori Azerbaijan, bagian de facto dari Armenia. Tindakan Armenia ini membuat warga Azerbaijan sangat marah. Ada beberapa demonstrasi dan banyak kerusuhan yang terjadi di kota.

Sesudah pisah dari Uni Soviet, Armenia dan tentaranya dengan bantuan Resimen Infanteri ke-366 milik Uni Soviet merebut paksa wilayah Azerbaijan, termasuk Nagorno Karabakh dan tujuh wilayah lain seperti Aghdam, Fuzuli, Lachin, Gubadli, Jubrail, Zengilan dan Kalbajar.

Indonesia bersama dengan negara Islam lainnya dalam kerangka Organisasi Kerjasama Islam (OKI) mengecam keras tindakan agresi Armenia. Dewan Keamanan PBB juga mengecam keras tindakan agresi Armenia terhadap Azerbaijan.

Pimpinan-pimpinan Uni Soviet ingin menekan gerakan kemerdekaan di Azerbaijan. Mereka menggunakan kartu Armenia untuk membenarkan tindakan kekerasan mereka. Mereka juga melarang wartawan untuk memasuki Baku dan mereka menekankan berita tentang “Black January”.

Untuk menghormati warga Azerbaijan yang kehilangan nyawanya di tragedi Januari tersebut, pemerintah Azerbaijan menyatakan tanggal 20 Januari sebagai Hari Martir. Setiap tahun, semua warga Azerbaijan memberikan penghormatan kepada seluruh martir pada tanggal 20 Januari.

Penulis adalah seorang wartawan senior yang tinggal di Jakarta. Ia juga merupakan penulis buku “Azerbaijan Di Mata Indonesia”.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun