Mohon tunggu...
Anita safitri
Anita safitri Mohon Tunggu... Perawat - Menulis adalah sebuah teraphi positif untuk setiap luka

Novelis Pecinta traveling Candu kopi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kamboja

8 September 2020   18:24 Diperbarui: 8 September 2020   18:11 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Senin pagi keluarga Dinda memutuskan untuk membawa pulang Dinda dan merawatnya di rumah, karena keadaan Dinda sudah mulai membaik, walaupun ia belum bisa merespon setiap pertanyaan dengan bersuara. Kadang kala ia hanya mengedipkan mata sebagai tanda persetuajuan untuk tawaran yang di ajukan berkali-kali kepadanya.

Hari kedua Dinda di rawat di rumah, Alex ikut mendampingi dan enggan kembali ke Jogja sementar waktu. Hari itu Alex meminta izin kepada ayah dan ibu Dinda untuk membawa Dinda ketaman depan untuk menghirup udara sengar.

"Aku senang bisa berjumpa dengan kamu, aku ngak perduli keadaanmu seperti ini, kamu tetap gadis Kambojaku yang penuh semangat". Alex duduk di kursi taman sambil menggenggam tangan Dinda, dengan posisi kursi roda menghadap kearahnya. Alex merasakan respon tangan Dinda yang ikut menggenggam tangannya walau tidak sepenuh kekuatan. Ini adalah respon pertama yang di terima Alex selama ia berkomunikasi dengan Dinda.

"Makasih ya Dinda akhirnya kamu meresponku,,," sambil memeluk Dinda yang seperti patung di atas kursi roda.

"Kita pulang ya, sebentar lagi waktunya kamu minum obat, kalau kamu sudah sehat aku akan penuhi janjiku untuk foto di kute". Alex membenarkan letak kaki Dinda di atas pijakan kursi roda dan membenarkan shall di leher Dinda. Pada saat bersamaan itu, "Noname...",dengan sangat pelan dan halus seolah terdengar seperti bisikan suara Dinda mengejutkan Alex.

"Kamu... kamu bisa panggil nama aku, kamu...". Alex kegirangan, berbalik arah menatap langit tanpa terkendali airmatanya tumpah begitu saja tanpa alasan. Alex yang sebelumnya tidak pernah dekat dengan perempuan dan bahkan anti menangis, setelah bertemu Dinda ia seolah menjadi orang lain yang berperan dalam dirinya. Dan pada hari itu ia menyakinkan bahwa ini adalah cinta.


Hari yang dilalui di rumah Dinda tidak canggung sama sekali, keluarga Dinda begitu ramah memperlakukan Alex. Bahkan mereka merawat Dinda bersama-sama, kamar khusus untuk Dinda di rumah juga di lengkapi beberapa alat medis. Selain keluarga seorang perawat juga dipersiapkan oleh keluarga Dinda untuk berjaga-jaga jika keadaan Dinda memburuk.

Dinda sering kejang tiba-tiba, setelah perawat menyuntikkkan obat-obatan tidak lama kemudian Dinda akan tenang dan tertidur.

Malam ke sepuluh Dinda di rawat di rumah, setelah jadwal minum obat malam itu, keadaan Dinda memburuk. Ia kejang berulang-ulang kali, sehingga perawat menghubungi dokter yang juga merawat Dinda. Sebelum sempat di bawa kembali ke Rumah Sakit, Dinda telah duluan pergi.

Gadis Kamboja itu meninggalkan cinta pada hati Alex yang kita telah retak. Hati yang baru saja menamakan bahagia itu dengan cinta seketika berubah berupa takdir yang tiada mendapat restu ilahi. Tuhan lebih ingin Dinda bersamanya dan Alex bersama kenangan mereka. Rindu yang paling berat pada sebuah cinta adalah rindu yang pada raga yang kini tinggal batu nisan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun