Mohon tunggu...
Anita safitri
Anita safitri Mohon Tunggu... Perawat - Menulis adalah sebuah teraphi positif untuk setiap luka

Novelis Pecinta traveling Candu kopi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kamboja

8 September 2020   18:24 Diperbarui: 8 September 2020   18:11 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pesan itu dibaca Alex satu jam setelah pesan itu masuk ke ponselnya, karena seharian itu Alex ketiduran. Seketika Alex panik dan buru-buru membalas pesan tersebut disertai beberap voice note yang meminta alamat si gadis Kamboja itu.

Pada hari keempat penantian Alex terbalas, pesan dari gadis Kamboja masuk, "Maaf ini kakak Dindara, Dinda saat ini belum sadarkan diri, ia masih koma." Tulisan itu membuat Alex seketika melemah dan sendi-sendinya tidak mampu menopang beban badannya. Ia roboh dan terduduk di sofa yang terletak di samping tempat tidurnya.

Tanpa disadari Alex telah merasa memilik gadis Kamboja yang belum ia kenal sama sekali. Ia merasa sangat terluka saat menerima kabar gadis itu sedang tidak berdaya. 

Dan entah perasaan apa yang ia rasakan seolah mengirim pesan kepadannya bahwa gadis Kamboja saat ini membutuhkannya. Tanpa pikir panjang ia pun bergegas ke alamat Rumah sakit yang sudah di kirim oleh kakak Kamboja. Ternyata gadis Kamboja tinggal di Bali, dan sedang di rawat di salah satu Rumah sakit disana.

Tidak mudah bagi Alex untuk bisa mengenali gadis Kamboja karena memang mereka tidak pernah saling bertukar foto. Setibanya di Bali tepatnya di Rumah Sakit tempat gadis Kamboja di rawat, ia langsung menuju bagian resepsionis untuk mendapatkan informasi.

Tak lama berselang ia menuju arah yang diberikan oleh petugas di resepsionis itu, dengan ragu ia melangkah pada pintu yang tertulis "ICU".

"Maaf, saya Alex temannya Dinda dari Jogja". Dan kemudian Alex diam seolah kehabisan kata-kata melihat wajah sendu kelurga yang ia jumpai di depan ruangan itu.

"Iya nak, Dinda sedang kritis, bantu doa untuk Dinda supaya bisa melewati masa kritisnya". Lirih laki-laki paruh baya sambil menepuk-nepuk bahu Alex.

"Om, boleh Alex masuk om?". Alex memberanikan diri meminta kepada keluarga Dinda untuk di izinkan masuk.

Ada rasa sedih yang mendalam di gurat wajah Alex, bahkan ia beberapa kali menyeka air mata yang tidak dibiarkan jatuh di pipinya. Ada rasa takut hilangkan yang begitu besar dalam relungnya, apakah dirinya jatuh cinta? Namun Alex masih ragu pada rasa yang belum pernah ia rasa sebelumnya.

Tidak lama dari jeda permintaan Alex seorang wanita muda tanpa berbicara menganggukkan lehernya sebagai sinyal bahwa boleh Alex masuk kedalam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun