Mohon tunggu...
Anita Permata Sari Harefa
Anita Permata Sari Harefa Mohon Tunggu... Guru - Guru Matematika

Mahasiswi Matematika di IAIN Takengon angkatan 2016 Anggota biasa Himpunan Mahasiswa Islam HmI Cabang Takengon Komisariat IAIN Takengon. Saat ini telah menjadi guru honorer di Sekolah Swasta yaitu SMP DAMUHA ACEH TENGAH, bidang yang di tekuni dan di ampu adalah mata pelajaran matematika.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Sanggupkah Menjemput Maut?

30 Mei 2020   04:55 Diperbarui: 30 Mei 2020   05:40 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Astaghfirullah sexy sepeda motor kami dan rem belakangnya patah, tidak bisa digunakan lagi.

Kembali aku terdiam sejenak,  "Ya Allah sungguh sekarang apa lagi? " aku kembali bertanya pada hati yang tak berkata-kata.

SubhanaAllah,  dengan izin-Nya Pengendara lain yang tidak jauh dibelakang kami berhenti kemudian menolong kami. Aku meminta,  agar mak kul yang sudah berusia paruh baya tersebut diizinkan untuk menumpang dengan mobil mereka. Mereka adalah orang baik yang bersedia membantu.

Saat itu, tinggalah aku seorang diri di tengah jalan yang sepi. Sampai aku bertemu dengan seorang paman yang bermukim tidak jauh dari lokasi tersebut.

Aku tidak tahu harus bagaimana,  lalu aku putuskan untuk mengendarai sepeda motor milikku yang rusak itu menuju rumah paman yang turut menolongku.  Beliau berkata "jika kamu paksakan berkendara lebih jauh lagi tidak bisa,  karena ini sudah patah"ucapnya sambil menunjukkan bagian belakang sepeda motorku yang sudah kropos.

"iya pak" jawabku singkat.  Lalu ia menawarkan untuk berteduh dirumahnya karena hampir maghrib.  Dan sekeliling pandanganku sudah tak terawang akibat kabut tebal.

Pikiranku terkoyak, saat kejadian itu menimpaku.  Aku terpaku dan tersungkur tak berdaya.  Rasanya sakit sekaliii,  namun apa dayaku aku sudah memilih.

"Ya Allah, jika tidak ada sekelibatan cahaya-Mu.  Mungkin orang hanya akan mengenang namaku saja" sedu tangisku dalam hati.

Aku tak berpikir panjang sebelumnya, Aku Ikhlaskan raga untuk tiada.  Dengan mengazamkan nama penciptaku sekuat tenaga.  Tangisku ingin keluar,  namun terhalang oleh keadaan.  Setelah sadarpun aku pasrah,  melafalkan kebesaran Rabbku.  Allahu Akbar,  terus berulangkali terlontar dari ujung bibirku.

Kejadian naas itu bermula,  sejak sepeda motor yang ku kendarai kehilangan keseimbangan akibat terlepasnya rantai dan rem yang blong.

Sepanjang perjalanan tidak dapat ku kendalikan, semakin lama aku melaju dengan kecepatan tinggi tanpa rem.  Jika saja keputusan itu tidak ku ambil,  entahlah aku tak dapat membayangkan bagaimana berakhirnya diriku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun