Mohon tunggu...
Anita Faustina
Anita Faustina Mohon Tunggu... Guru - Guru

Hobi menggambar, menari Profesi guru

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Meningkatkan Kemampuan Mengelola Emosi Anak Usia 5-6 Tahun melalui Bermain Peran di TK X Kota Bandung

24 November 2023   19:00 Diperbarui: 24 November 2023   19:36 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pembahasan

Pada siklus pertama, anak diberikan beberapa kegiatan area untuk mengeksplorasi emosi dan mengungkapkan ekspresinya. Kegiatan yang diadakan terdiri dari area science, area art n craft, area motorik halus dan area kognitif. Pada area science, anak diajak untuk mencampurkan warna dan meminta anak untuk mengingatkan arti dari setiap warna, merah untuk marah, biru untuk sedih, kuning untuk senang. Pada area art n craft anak dapat bermain playdough bebas untuk mengungkapkan emosinya dan membuat wajah dari hasil gambar ekspresinya pada piring kertas. Pada area kognitif, anak diajak untuk mencari gambar yang sama sesuai dengan kartu emosi yang dibuka, anak juga dapat berlomba membentuk ekspresi emosi menggunakan balok emosi serta bunyi bel untuk menunjukkan berapa kartu yang telah diselesaikannya. Pada area motorik halus, anak dapat menjepit kartu emosi sesuai dengan jumlah angka pada kartu yang telah diambilnya. Setiap anak dapat mengerjakan area yang ada namun beberapa anak mulai bermain area hanya dengan teman tertentu dan tidak mau bermain dengan anak lainnya. Terdapat anak yang belum percaya diri dengan hasil yang dibuatnya dan ingin membuat hasil karya bersama temannya yg lain.

Pada siklus kedua, permulaan kegiatan bermain peran anak diberikan alur cerita dan situasi yang telah dipersiapkan yaitu situasi di dalam pesawat dan kondisi lalu lintas di jalan raya. Awalnya guru banyak memberikan instruksi, 4 anak yang mendapatkan giliran pertama bermain masing-masing dan 1 anak fokus untuk menjadi pilot, kedua anak lain menjadi penumpang dan 1 anak menjadi pramugari. Anak terlihat antusias saat melihat kostum pilot dan pramugari namun peranan penumpang masih sulit dipahami anak dan pada giliran pertama anak terlihat belum percaya diri sehingga sering diberikan instruksi. Pada giliran kedua dan ketiga, anak-anak sudah dapat mengeksplorasi perannya masing-masing dan saling berinteraksi dengan teman sebayanya. Pada area bermain peran kedua, anak diajak untuk bermain peran di area lalu lintas. Guru menjelaskan cara bermain. Guru mempersiapkan media mobil-mobilan mainan, kotak lampu lalu lintas dari kardus, baju profesi polisi, rambu-rambu lalu lintas, trotoar yang ditempelkan pada lantai. Satu orang anak memerankan sebagai polisi dan anak lain memerankan sebagai pengendara. Pada giliran pertama, anak belum berani untuk memerankan peranan polisi kemudian setelah diinstruksikan ulang anak mulai mengarahkan kegiatan lalu lintas. Pada giliran permainan kedua anak dapat menginstruksikan dan mengarahkan anak lain untuk memasuki area lalu lintas. 

Pada siklus ketiga, kegiatan bermain peran dilakukan menggunakan boneka tangan. Guru mempersiapkan beberapa media profesi dan boneka tangan binatang. Di awal kegiatan anak langsung dapat bermain peran dan saling berinteraksi tanpa diinstruksikan. anak yang semulanya pendiam terlihat banyak berbicara saat memainkan boneka tangan bersama temannya. Kegiatan berlangsung secara bergantian dua anak selama 5-10 menit. 

Kesimpulan

Kegiatan bermain peran sangat cocok untuk anak usia 5-6 tahun akan tetapi perlu dikembangkan beberapa area lainnya untuk memotivasi anak dalam mengeksplorasi setiap peran yang akan dimainkannya dalam kegiatan bermain peran. Anak yang belum dapat mengungkapkan emosi atau mendalami emosinya mendapatkan emosi positif saat bermain pada area lainnya sehingga saaat anak tersebut memasuki area bermain peran anak lebih dapat menunjukkan emosi dan mengeksplorasi keinginannya tanpa diinstruksikan.


Saran

Akan ada baiknya jika kegiatan bermain peran dibuat ke dalam beberapa area peranan di dalam satu kelas sehingga eksplorasi anak di setiap peranan bisa bebas dan mendalam sesuai dengan keinginan anak. Guru dapat lebih menguasai pendalaman setiap area agar menarik minat anak dalam bermain peran atau area lainnya.

Daftar Pustaka

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun