Mohon tunggu...
Anisa Lastari
Anisa Lastari Mohon Tunggu... Story hunter

Menulis adalah validasi diri. -Pramoedya Ananta Toer-

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Sharenting di Era Digital: Dampak Privasi, Psikologis, dan Cara Berbagi

8 Februari 2025   10:35 Diperbarui: 13 Februari 2025   14:06 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Sharenting (Sumber: Freepik)

Privasi Anak di Era Digital: Risiko di Balik Sharenting

Di era media sosial, fenomena sharenting menjadi tren tersendiri. Sharenting merupakan gabungan dari kata share  (berbagi) dan parenting (mengasuh anak). Istilah ini merujuk pada kebiasaan orang tua membagikan foto, video, atau informasi tentang anak mereka di media sosial atau platform digital lainnya.  

Meski dilakukan dengan niat baik, seperti berbagi kebahagiaan atau mendokumentasikan tumbuh kembang anak, sharenting menimbulkan risiko besar terhadap privasi anak. Setiap unggahan, baik itu foto ulang tahun, prestasi sekolah, atau sekadar momen berkesan, dapat membentuk jejak digital anak yang sulit dihapus di kemudian hari.  Pasalnya, konten yang sudah diunggah dapat dengan mudah diunduh orang lain dan disebarluaskan tanpa seizin pemilik aslinya. Data ini berisiko digunakan oleh pihak tak bertanggung jawab dengan tujuan pencurian identitas, digital kidnapping, atau bahkan eksploitasi oleh predator online.

Selain itu, banyak anak yang nantinya merasa tidak nyaman dengan jejak digital yang dibuat tanpa persetujuan mereka. Studi menunjukkan bahwa beberapa anak yang orang tuanya aktif melakukan sharenting merasa malu atau terganggu dengan foto-foto mereka yang beredar luas. 


Dampak Psikologis

Seiring bertambahnya usia, anak mulai menyadari eksistensi mereka di dunia digital. Jika sejak kecil mereka telah "terekspos" di media sosial tanpa kontrol sendiri, hal ini dapat memengaruhi cara mereka membangun identitas diri. Anak bisa jadi menilai dirinya  sesuai framing yang terbentuk berdasarkan unggahan di media sosial serta cara orang lain mengomentari dirinya. Hal ini dapat mengacaukan persepsi seorang anak terhadap dirinya, hal yang diinginkan, serta jati diri yang belum terbentuk sepenuhnya.

Beberapa dampak psikologis sharenting pada anak antara lain:

  • Kurangnya kendali atas privasi diri. Anak mungkin merasa hak mereka untuk memutuskan apa yang boleh atau tidak boleh dibagikan telah diambil oleh orang tua.
  • Anak mengalami tekanan sosial karena orang tua sering hanya membagikan  prestasi atau sisi positif anak. Hal ini cenderung membuat anak merasa terbebani untuk selalu tampil sempurna.
  • Timbulnya rasa malu atau kurang nyaman akibat foto atau cerita pribadi yang dianggap lucu oleh orang tua bisa menjadi bahan ejekan atau perundungan di kemudian hari.

Tips Aman Berbagi Momen Anak di Internet

Orang tua sebetulnya tetap bisa membagikan momen berharga anak melalui media sosial dengan memperhatikan dan menjamin kenyamanan dan keselamatan anak. Berikut cara yang bisa diterapkan:

  • Gunakan Pengaturan Privasi

Pastikan hanya keluarga atau teman dekat yang bisa melihat unggahan tentang anak. Hindari membuat akun publik jika sering membagikan foto anak. Dengan adanya pengaturan privasi, orang tua dapat membatasi akses pengguna sehingga konten hanya bisa dilihat oleh orang-orang yang tepercaya. Selain itu, konten yang diunggah terhindar dari kemungkinan tersebar luas di luar kontrol pemilik asli. 

  • Hindari Detail Sensitif

Jangan mengunggah informasi seperti nama lengkap, sekolah, tanggal lahir, atau lokasi anak secara real-time untuk mencegah penyalahgunaan data. Pastikan konten yang diunggah tidak mengandung data sensitif anak yang dapat mengancam kenyamanan dan keselamatannya.

  • Pilih Konten yang Aman

Hindari mengunggah foto atau video anak dalam situasi yang bisa berpotensi membuat mereka malu di masa depan, seperti saat menangis atau dalam keadaan yang terlalu pribadi. Dengan berkembangnya teknologi, terutama kecerdasan artifisial, konten dapat diunduh dengan bebas, diedit sedemikian rupa, dan dibagikan ulang dengan tujuan tertentu yang mungkin merugikan pemilik konten asli.

  • Pahami Risiko Jangka Panjang

Konten yang diunggah ke internet akan sulit dihapus sepenuhnya dan dapat membentuk jejak digital yang berpengaruh terhadap masa depan anak. Pertimbangkan dampak jangka panjang sebelum membagikan sesuatu. Posisikan diri Anda dari sudut pandang anak. Akankah unggahan tersebut mengganggu masa depannya, seandainya tidak dapat terhapus selamanya dari internet?

  • Minta Izin Sebelum Mengunggah

Jika anak sudah cukup besar, tanyakan apakah mereka setuju foto atau videonya diunggah. Hal tersebut membantu anak belajar tentang privasi digital sejak dini. Anak berhak tahu isi unggahan mengenai dirinya yang akan dilihat banyak orang. Meskipun anak belum terlalu memahami dampak atas unggahan tersebut, mereka belajar untuk membuat keputusan atas dirinya sendiri. 

Dengan menerapkan praktik berbagi yang lebih aman dan menghormati hak anak, orang tua tetap bisa mendokumentasikan momen berharga tanpa membahayakan masa depan anak. Bijaklah dalam menerapkan sharenting. Pastikan Anda meninggalkan jejak digital yang membanggakan bagi anak di kemudian hari!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun