Mohon tunggu...
Elok Faiqotul Mukarramah
Elok Faiqotul Mukarramah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya Mahasiswi UINKHAS

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran Guru dalam Pendidikan dan Lingkungan Masyarakat

27 November 2023   07:17 Diperbarui: 27 November 2023   07:20 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kehidupan masyarakat tidak bersifat statis, akantetapi bisa berubah secara dinamis. Perubahan dalam masyarakat dapat terjadi pada seluruh sistem sosial pola perilaku dan sistem interaksi sosial, termasuk perubahan norma, nilai, dan fenomena budaya. Pada masyarakat tradisional, cara berpikir dan berperilaku sebagian besar sangat konservatif dan condong menentang segala perubahan. Menghadapi perubahan tersebut, guru dapat menjadi pionir perubahan positif.[11]

  • Kedudukan dan Peran Guru di Masyarakat
  • Hubungan Guru Dengan Masyarakat Elite

Sejarah mencatat, guru pada zaman Mesir kuno ialah para filosof yang berfungsi sebagai penasehat raja. Pada masa kejayaan filsafat Yunani, Socrates, Plato dan Aristoteles adalah guru-guru yang mempengaruhi perjalanan Yunani. Aristoteles adalah guru dari Iskandar Zulkarnain (356-423 SM), yang merupakan         kaisar Yunani mencapai kematiannya, itulah sebabnya para filsuf Arab menyebutnya sebagai guru pertama. Pada saat yang sama, Al Farabi (874-950 M) yang paling mengetahui filsafat Aristoteles dinobatkan sebagai guru lainnya. Dalam sejarah Islam, para guru atau biasa disebut ulama selalu terlibat dalam segala aktivitas Nabi SAW dan menjadi utusan Nabi di negara tetangga sebagai dakwah dan juga sebagai penyiar. Pola serupa bisa ditunjukkan dengan berkembangnya pendidikan Islam di kawasan Asia Tenggara melalui pesantren, surah, madrasah, dll yaitu terdapat pakar-pakar ternama yang dihadiri oleh santri dari berbagai belahan dunia seperti Syekh Daud Fathani di Thailand, Tok Kenali. Di Kelantan, Pulau Madrasah Al Masyhur Pinang, Pondok Pesantren Hasyim Asy'ar. Di Tebu Ireng Jawa, Madrasah Al Yunusiah di Padang Panjang Sumatera Barat, Madrasah Hj. As'ad di Sulawesi Selatan dan lainnya merupakan peninggalan sejarah yang masih dapat disebutkan namanya mengenai pengaruh ulama dan ustadz kondang terhadap perkembangan Islam di wilayah tersebut.

Di Indonesia, pendirinya adalah para pendidik, antara lain Moch. Yasin, Moch. Hatta, Ki Hajar Dewantara dan masih banyak tokoh lainnya berlatar belakang guru sehingga dikenal istilah Priyayi atau Priyayi. Demikian pula, banyak guru yang terus membujuk politisi untuk menempatkan mereka di lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Artinya, harus ditunjukkan bahwa suara guru terus mempengaruhi kebijakan strategis atau bahkan politik negara. Sejak diberlakukannya otonomi daerah, hubungan guru dengan masyarakat elite semakin erat.

  • Hubungan Guru Dengan Masyarakat Menengah

 Dalam Global Teacher Status Index bulan Oktober 2013, status sosial guru di 21 negara yang disurvei berada pada peringkat ke-7 dari 14 profesi yang dinilai, dengan kata lain profesi guru merupakan profesi kelas menengah. Namun, di dua atau tiga negara, status sosial guru dinilai sama dengan status pekerja sosial. Di Amerika Serikat, Brazil, Francisco dan Turki, status sosial guru berhubungan dengan pustakawan. Mengenai hasil penelitian ini dapat dikatakan bahwa hubungan antara guru dan masyarakat kelas menengah adalah hubungan antara guru dengan lingkungan terdekatnya.

 Dalam masyarakat kelas menengah, peran guru dibatasi oleh status profesionalnya. Khususnya di kota-kota besar terlihat jelas bahwa guru hanya berperan sebagai pengajar, sedangkan sebagian lainnya berperan sebagai individu. Dalam masyarakat ini dikenal guru sebagai guru privat SD, SMP dan SMA, guru musik, guru tari, guru olah raga dan keterampilan lainnya. Menurut Kode Etik Guru Indonesia, guru menjaga hubungan dengan masyarakat sekitar sekolahnya dan masyarakat luas untuk tujuan pendidikan.

  • Hubungan Guru Dengan Masyarakat Pinggiran

 Bisa dipahami bahwa didalam metode pengembangan masyarakat, khususnya di daerah pedesaan dimana mayoritas kegiatan kemasyarakatan berlangsung, guru mengambil pimpinan menempuh beberapa lembaga kemasyarakatan yang ada. Kepercayaan masyarakat dan pemerintah daerah terhadap guru sangat tinggi, dan guru terbukti menjadi mitra dalam berbagai kegiatan desa dan daerah. Dalamkegiatan perkuliahan kerja nyata, mitra kerja mahasiswa biasanya adalah guru SD, SMP, atau SMA. Hal serupa juga terjadi pada kegiatan di tingkat desa dan kabupaten.

 Permasalahannya saat ini adalah ketersediaan guru di daerah-daerah tidak merata, terutama di daerah-daerah yang tergolong daerah paling terpencil, dan pedalaman kurangan guru dan sangat membutuhkan guru. Berbeda dengan daerah perkotaan. Masalah ini dibuktikan dengan adanya lembaga swadaya masyarakat yang ingin berkecimpung di bidang pendidikan, biarpun sekedar berkecimpung dalam bidang pengajaran. Pragmatisme guru menjadi pertimbangan terkuat terjadinya kesenjangan ini dan juga faktor terpenting. Idealisme guru adalah pendorong terpenting kesetaraan guru.

 Persoalannya adalah peningkatan literasi dan literasi, melainkan pengembangan guru/guru itu sendiri. Masalah ini memerlukan peran guru yang lebih luas. Peran guru dalam dunia pendidikan modern semakin kompleks, tidak hanya sebagai guru, pelatih akademik, namun juga sebagai pendidik karakter, moral, dan budaya peserta didiknya. Guru harus menjadi teladan, panutan dan pembimbing bagi anak/siswa dalam melakukan perilaku pribadi yang melibatkan pemikiran, pemikiran dan perasaan.

  • Guru Sebagai Tokoh Masyarakat dan Perannya Sebagai Intelektual Di Masyarakat

 Mengenai peran guru dalam masyarakat informasi, Figel menekankan bahwa "Guru harus yakin bahwa mereka penting bagi masyarakat kita dan bahwa kita menghargai peran mereka". Guru memegang peranan yang sangat penting dalam masyarakat dan terus memperluas perannya untuk menyeimbangkan kebutuhan masyarakat, termasuk perannya dalam aspek budaya dan ekonomi. Guru mempersiapkan generasi muda menjadi warga negara aktif  yang siap belajar mandiri sepanjang hidupnya, yang tentunya sangat penting bagi masa depan mereka. Guru memantau perkembangan potensi siswanya.

 Pandangan di atas menggambarkan guru sebagai sosok sentral dalam masyarakat. Bahkan, sekitar tahun 1978, Lagu Kebangsaan Guru diciptakan untuk menghormati dan meningkatkan citra serta harkat dan martabat guru. Tentu saja watak guru tidak sejelas dan terlihat seperti syair terakhir himne guru yaitu, patriot, pahlawan nasional, tanpa tanda jasa.

 Guru dipuji, diagungkan, dikagumi karena peranannya yang sangat penting. Namun menurut Gerstner, peran tersebut akan berubah di masa depan. Perubahan tersebut berfokus pada model hubungan antara guru dan lingkungannya (teman sebaya, siswa, orang tua, pimpinan sekolah, teknologi, dan kariernya sendiri). Guru tidak lagi dipandang sebagai guru, namun sebagai pelatih, guru, pemimpin pembelajaran, peserta, pemimpin dan siswa. Namun, bersama-sama Stevenson dan Stigler (masih di Supriad) mengatakan bahwa banyaknya tugas membuat guru kewalahan, sehingga guru terbaik pun kelelahan dan terkuras energinya serta tidak mampu  melakukan refleksi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun