Mohon tunggu...
Ani Mariani
Ani Mariani Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis

Middle Eastern Studies | International Relation Analysis | Political, Economic, Religion, Social, Religion, Feminism Enthusiast | Research | Writer

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Melawan Waktu

30 Maret 2024   10:00 Diperbarui: 30 Maret 2024   10:11 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Thought Catalog on Unsplash

Ngomongin soal waktu. Menurut saya, waktu adalah hal yang paling menakutkan setelah saldo nol. Hal ini kita rasakan sendiri bagaimana 2023 berlalu begitu cepat. Padahal liburan ke London belum ke wujud, hubungan sama doi belum juga nampak hilal, revisi nggak kelar-kelar, gaji belum 2 digit, buku nggak terbit-terbit, usaha masih up and down,  masih di titik jobseeker atau bahkan belum bisa bikin orangtua bangga.

Kita mengenal istilah "takut kehabisan waktu", "keburu malam", "time is money". membuktikan bahwa waktu itu terbatas. Kita berkejaran dengan waktu. Itulah yang disebut oleh Newton, bahwa waktu sebagai sesuatu yang absolut, independen, linear dan terbatas. Artinya, waktu itu berjalan terus, tidak mungkin mundur seperti film-film bergenre time travel.

Oleh karena nya, sudah seharusnya kita mawas diri bahwa waktu harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Karena waktu tidak menunggu kita untuk bermalas-malasan, waktu tidak menunggu kita terlena scroll tiktok berjam-jam tanpa sadar, tidak menunggu hari kita dengan dalih, "mulai besok aja". Waktu terus berjalan, dan kita akan tertinggal.

Percayalah, tidak ada obat untuk malas. Cara mengatasi malas adalah dengan tidak malas. Bangun dari kasur mu, taruh hp-mu dan mulai bangun good habit secara konsisten, meskipun hanya 1% setiap hari nya.

Lihatlah bagaimana kehidupan ini memberikan kita beberapa kondisi. Orang yang punya banyak waktu luang dan juga duit yang unlimited. Orang yang punya banyak waktu tapi nggak punya duit, atau orang yang punya sedikit waktu tapi tetap punya banyak cuan. Kamu berada di posisi yang mana?

Tentunya kita semua mau dong ada di posisi pertama, tidak dikendalikan oleh waktu, dan uang bekerja untuk kita. Membangun kerajaan bisnis, melebarkan relasi dan melakukan diversifikasi usaha. Tapi hal ini tentunya tidak berlaku untuk orang yang tidak menyadari pentingnya setiap detik kita. 


Bisakah Melawan Waktu?

Tidak ada cara untuk melawan waktu. Waktu tidak hanya mengikuti kita seperti bayangan, namun jauh lebih dari itu. Bayangan menghilang dalam gelap, namun waktu tidak. Ia tetap eksis, tidak terpisahkan dari eksistensi kita sebagai manusia.

Saya rasa, buku atomic habit dan surat Al-Ashr sudah menjawab bagaimana kita hidup agar tidak merugi. Tapi dalam tulisan ini, saya lebih kepada merefleksikan agar sisa waktu kita, sisa waktu orangtua kita tidak habis dengan menakutkan. 

Dalam Islam, waktu dibagi menjadi 3 fase, yaitu masa lalu, masa kini dan masa depan. Namun Augustinus mengkritik hal ini. Menurutnya, waktu hanya ada masa kini. Masa lalu dan masa depan itu tidak ada. Masa lalu hanya sebatas kenangan dan dan masa depan hanya prediksi saja.

Pemikiran Augustinus ini, mengajarkan kita bahwa kita hanya harus fokus pada masa kini dan hari ini saja. Tidak ada gunanya untuk merasa terpuruk akan masa lalu, dan mengkhawatirkan masa depan. Sibukkan dirimu untuk masa kini. Karena bagaimanapun setiap 1% hal yang kamu lakukan setiap hari nya menentukan masa depan.

Sejalan dengan Augustinus, Albert Camus mengatakan hal yang senada. 'Hiduplah hanya untuk hari ini'. Orang yang hidup dalam bayangan harapan masa depan adalah metode pengecut untuk lari absurditas, kata Camus.

Apa yang kita lakukan pada hari ini adalah yang menentukan kita di masa depan. Maka, kita butuh berjuang dan maju, bukannya pasrah. 

Bisakah Mengukur Waktu?

Augustinus berkata, kuncinya ada di mental. Manusia lah yang bisa mengklasifikasi waktu, mengingat masa lalu, memperhatikan masa kini dan membayangkan atau menantikan masa depan. Waktu, dapat diukur hanya dengan persepsi mental manusia yang berada pada masa kini.

Waktu bisa menelan dan mematikanmu. Tapi yang lebih bisa mematikanmu adalah pikiranmu sendiri. Bagaimana overthinking membuat gerak mu terbatas, tubuhmu menjadi lemah, tidak bersemangat, berakhir pada hidup yang tidak tenang. Karenanya, jangan penuhi isi kepalamu dengan kerumitan tentang masa depan. Apalagi tenggelam dalam penyesalan terhadap apa yang sudah berlalu. Banyak pikiran itu banyak penyakit, hehe.

Sebaliknya, lawan rasa posesif kasur mu, tingkatkan skill mu, berhenti mengeluh dan mulai 1 langkah untuk mencapai tempat yang lebih tinggi. Temukan passion mu, bukan menjadi bagian dari hasil masyarakat kapitalis, yang targetnya mencari uang untuk kebutuhan hidup, bukan menikmati pekerjaan tersebut. Tentu kita ingin berada di momen kita bisa menikmati waktu kita, baik pada weekday ataupun weekend. Sedangkan masyarakat kapitalis dibatasi oleh kedua hal itu.

Bisakah Eksis dalam Waktu?

Tentu saja bisa. Das Sein, eksis lah jadi dirimu, tampil lah dalam waktu.

Pertama, tegaskan soal manfaat. Pikirkan setiap kegiatan hari mu apakah menunjang untuk dirimu tumbuh dan efisien dalam menghabiskan waktu. Belajar untuk meminimalisir kegiatan yang tidak memiliki manfaat dan menghabiskan waktumu dengan percuma.

Kedua, aktif melakukan kegiatan. Karena kebahagiaan itu ada dalam tindakan. Kalau kita nggak ngapa-ngapain maka kita akan loyo, lalu energinya habis. Jika belum bekerja atau tidak sedang melakukan kegiatan apapun, belajarlah sesuatu yang dapat menunjang karir mu. Mulai dari belajar public speaking, belajar toefl, belajar digital marketing, belajar excel, atau kamu bisa mulai untuk menulis.

Ketiga, seimbang secara fisik, mental, dan spiritual. Tentunya kita harus proporsional, hidup sesuai kemampuan dan memiliki waktu istirahat yang cukup, mengumpulkan kekuatan agar bisa berjalan lebih jauh.

Penutup

Kenyataan hidup kadang membuat kita ada di titik ingin lari darinya. Apa yang kita bayangkan seringkali tidak sesuai dengan kenyataan. Seperti anggapan orang-orang bahwa agama adalah sumber kedamaian, tetapi sejarah membuktikan jika agama justru menjadi sumber konflik. Bukan hal aneh ketika kita terlempar ke dalam fakta-fakta yang tidak sesuai dengan apa yang kita gambarkan.

Maka sudah jelas, dunia ini tidak seperti yang kita pikirkan. Maka bentuklah dirimu menjadi seorang pejuang, kuat dan berani. Jangan mengejar kesuksesan dan kebahagiaan, biarkan dia datang dengan sendirinya dengan dirimu yang lebih baik setiap hari nya.

Banyak sekali tulisan dan video di youtube yang menayangkan tentang kesuksesan dan kebahagiaan. Karena banyak orang yang mengejar kesuksesan dan belajar kebahagiaan, cara memperoleh kebahagiaan, dan apakah isi kebahagiaan itu. Padahal, kamu tidak akan pernah menemukannya jika terus mencarinya. Kalau mau bahagia, tinggal bahagia saja. Kita tinggal menikmati kebahagiaan itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun