Mohon tunggu...
Ani FitriaWS
Ani FitriaWS Mohon Tunggu... Pengasuh Pondok Pesantren Ilmu Al-Qur'an Raudlatul Jannah Jember Jawa Timur

Alumni PP Darus Sholah Jember. Telah menyelsaikan S1 di Universitas Al-Azhar Cairo-Mesir dan S2 di Universitas Islam Malang.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

TAMAYUL (Sebuah catatan ringan dari pojok pesantren)

18 September 2025   10:18 Diperbarui: 18 September 2025   10:27 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber gambar: https://www.madaninews.id/6308/keutamaan-baca-tasbih-tahmid-dan-takbir-33-kali-setelah-shalat.html)

Tulisan ini akan saya mulai dengan pertanyaan: "Bagaimana bisa seseorang seperti Jalaluddin Rumi berdzikir dengan menggerakkan dan memutar badannya dalam waktu lama tanpa merasa lelah dan pusing(?!)". Gerakan seperti itu biasa kita dengar dengan sebutan tawajud; mencondongkan, menggerakkan kepala atau menggoyangkan badan ketika sedang wirid dan berdzikir. Tamayul (mencondongkan badan ke kanan dan ke kiri/kedepan dan kebelakang) atau taharuk (menggerakkan badan), keduanya masuk kedalam kategori tawajud.

Ada yang mengatakan bahwa hal itu merupakan amaliyah kaum Yahudi ketika mereka sedang beribadah, berarti melakukannya sama dengan meniru perilaku kaum Yahudi. Ada juga yang mengatakan bahwa ada sebuah riwayat dari sayyidina Ali Ra. yang menjelaskan bahwa para sahabat seringkali melakukannya ketika wirid dan berdzikir sampai-sampai sayyidina Ali Ra. mengumpamakan mereka seperti pohon yang sedang tertiup angin.

Terlepas dari kontroversi yang ada, memuja-memuji melalui dzikir dan wirid disertai gerakan seperti yang dilakukan Rumi merupakan bentuk ekspresi spontan, karena terdorong oleh buncahan kekhusyuan dalam meresapi hakikat. Seorang perindu dan pencinta (seperti Rumi) akan lebur dan kehilangan kontrol atas (gerak) dirinya. Maka gerak yang muncul dan terlihat oleh orang lain adalah hal spontan yang tidak atas dasar kesengajaan. Bukan di rekayasa. Pengejawantahan kenikmatan-gerak hati saat berdzikir dalam bentuk gerakan badan. Itu saja.

Penulis mempunyai pengalaman terkait tamayul (kami belum bisa mengatakan ini sebagai tawajud). Di pesantren yang kami bina, ada asrama khusus santri kecil usia 7-12 tahun. Fokus pada hafalan al Quran. Namun bukan berarti mengenyampingkan kebutuhan dasar mereka sebagai anak kecil. Bermain, menonton, menulis, melakukan hal-hal menyenangkan, menggambar, sekaligus istirahat yang cukup selalu kami utamakan. Al Quran kami jadikan pembiasaan, sedikit tapi sering itu salahsatu cara kami mendekatkan mereka dengan al Quran.

Setiap kali menyelesaikan hafalan 1 juz dengan sistem yang kami terapkan, mereka akan melaksanakan program mutqin, yaitu menguji kelancaran hafalan dengan membacanya sekaligus (dalam satu waktu) dengan baik. Ada yang menarik, saat mereka membaca dengan tenang hafalan al Qurannya, kami lihat mereka 'sedikit' menggoyang-goyangkan tubuh. Tanpa kami beri contoh, tidak ada yang mereka tiru, dan pastinya maklumat(pengetahuan) mereka belum sampai pada kontroversi boleh-tidaknya melakukan hal itu. Yang terlihat adalah, mereka asik dan enjoy dengan apa yang sedang mereka lakukan. Gerakan spontan yang menandakan hati yang senang  dan keasikan. Alhamdulillah.     

Dari pengalaman itu kami menyimpulkan bahwa gerakan menggoyang-goyangkan badan ketika dalam keadaan berdzikir ataupun ketika membaca al Quran seperti kasus yang kami sebutkan diatas adalah tanda kenikmatan yang tidak dibuat-buat dan juga tidak bisa dibuat-buat. Karena memang, kenikmatan dalam beribadah hanya akan didapatkan dengan ketenangan(tuma'ninah) dalam meresapi apa yang sedang dilakukan. Jika dipaksakan, justru kenikmatan itu akan menjauh.

 

 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun