Mohon tunggu...
Humaniora

pengasuhan mempengaruhi karakter anak

20 September 2018   21:26 Diperbarui: 20 September 2018   21:29 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pengasuhan mempengaruhi karakter anak. sikap serta perilaku yang dilakukan oleh orang tua lah yang dapat mempengaruhinya, anak merupakan peniru yang ulung dimana mereka menirukan semua hal bukan hanya perkataan yang mereka dengar saja, namun berdasarkan apa yang mereka lihat baik itu perilaku maupun sikap orang lain. pengasuhan yang baik akan menjadikan karakter anak yang baik pula, karena karakter anak dibentuk sejak usia dini dan pengasuhan merupakan bagian dari diri anak. pengasuhan sejatinya sudah ada sejak dahulu namun sebagian besar dari kita belum memahami benar pengaruh pengasuhan terhadap perkembangan dan juga karakter anak. Mengapa saya mengatakan bahwa kita kurang memahami pengasuhan itu sendiri, sebab masih banyak orang tua yang meniru gaya atau pola pengasuhan yang mereka dapatkan dari orang tua mereka dulu. Bayangkan saja, apabila pengasuhan yang di dapatkan dahulunya merupakan suatu pola pengasuhan yang salah maka dapat dipastikan bahwa dari beberapa keturunan berikutnya akan memiliki karakter yang tidak jauh berbeda dengan karakter orang tua sebelumnya atau bahkan bisa lebih buruk dari karakter yang sebelumnya. Hal ini dikarenakan kurangnya pemahaman tentang bagaimana cara mengasuh anak yang baik serta kurangnya pengetahuan orang tua tentang tahapan perkembangan anak, sehingga orang tua tidak mampu bertindak sesuai dengan apa yang menjadi kebutuhan anak untuk mengembangkan aspek perkembangannya. misalnya saja pola pengasuhan orang tua terdahulu yang menurut saya cenderung lebih posessif, saya sebut posessif karena orang tua lebih mendominasi ketika anak akan melakukan suatu hal yang mereka inginkan namun menurut orang tua itu merupakan hal yang membahayakan sehingga sebelum anak melakukan hal itu dan kemudian respon orang tua justru marah. Contohnya saja ketika anak ingin minum dan melihat ada gelas kaca berisi air diatas meja, kemudian karena si anak haus dia akan menghampiri gelas itu, namun sebelum berhasil meraihnya orang tua lebih dulu berteriak untuk tidak membolehkan anak mengambil gelas tersebut kemudian orang tua menambahinya dengan berkata bahwa gelas itu berbahaya sedangkan yang anak tahu mereka hanya ingin minum, dan ketika melihat kejadian seperti itu kemudian orang tua langsung mengambil gelasnya maka yang terjadi anak akan menangis sebab apa yang mereka inginkan tidak mereka dapatkan. Hal inilah yang kemudian menjadi problem bagi si anak, mereka tidak mengetahui alasan apa yang membuat orang tuanya begitu marah ketika si anak melakukan hal itu dan hal itu akan mengganggu pikiran anak sehingga anak akan tetap melakukan hal itu sekalipun telah dilarang oleh orang tuanya. seharusnya biarkan saja anak melakukan apa yang dia mau, namun tetap dalam pantauan serta pengawasan dari orang tua, dan ketika hal yang di takutkan orang tua terjadi misalnya gelas kacanya pecah, segera angkat si anak ke tempat yang aman setelah itu bersihkan serpihan kacanya kemudian setelah selesai berikan penjelasan kepada anak bahwa itu gelas kaca yang mudah pecah ketika terjatuh dan kaca yang pecah tadi dapat melukai si anak sehingga dapat berdarah, berikan penjelasan bahwa hal itu merupakan suatu hal yang berbahaya. Jelaskan pula bahwa ada gelas yang terbuat dari bahan lain yang lebih aman digunakan dan tidak pecah apabila terjatuh atau kalau perlu ambilkan gelas lain kemudian suruh anak menjatuhkannya agar anak mengetahui perbedaannya. Hal-hal sepele semacam inilah yang kurang diperhatikan oleh sebagian besar orang tua, terlihat sederhana namun jika dilihat dari segi yang lain hal itu justru memiliki dampak yang sangat banyak. Misalnya dari kejadian tersebut saja anak dapat mengerti, mengetahui dan juga memahami bahwa hal tersebut membahayakan berikut juga dengan alasannya mengapa orang tua melarang untuk menggunakan itu, sehingga anak tidak akan mengulanginya lagi. Anak akan percaya dan mudah memahami ketika mereka melihatnya secara langsung (pengalaman), sebab dari situlah anak dapat memperoleh pengetahuan dan pemahamannya sendiri. tugas orang tua mengarahkan, membimbing, mendidik serta memberi pemahaman kepada mereka dengan jelas sebab dan akibatnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun