Hai, ini sajak Suci yang rindu
Tersirat dalam setiap desir darah mengalir
dari nadi-nadi menuju pusat kehidupan.
Menghirup udara dan mengeluarkannya,
hingga sesak tiba rindu merasuki,
separuh jiwa tertinggal nan jauh,
memimpikan perjumpaan tak kunjung nyata.
Kini, enggan lagi menatap deburan ombak saat senja.
Karena tak lagi pancarkan kehangatan.
Sunyi dan kesunyian, sepi dan ke-se-pi-an...
Senja sudah tak lagi sehangat sutra,
namun sutra tak berarti menggantikan suci terindu.
Sorong, Papua Barat Daya
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!