Mohon tunggu...
Anggun Rezky Putri
Anggun Rezky Putri Mohon Tunggu... Mahasiswi Universitas Airlangga

Saya adalah seseorang yang memiliki passion dibidang musik, khususnya bermain gitar dan bernyanyi, serta aktif dalam berbagai kegiatan organisasi yang memungkinkan saya untuk mengembangkan kemampuan bersosialisasi dan kepemimpinan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dari Mantra ke Medis: Saatnya Keluarga Percaya pada Kompetensi Perawat

30 Agustus 2025   23:52 Diperbarui: 31 Agustus 2025   17:14 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Perawat melayani pasien dengan di dampingi keluarga pasien (Sumber: Freepik)

Tahun lalu, tetangga saya mengalami sakit yang dianggap tidak wajar. Banyak orang di sekitar kami menyarankan agar dia berobat ke dukun, di desa saya dukun di sebut sebagai orang pintar. Tetangga saya dan keluarganya pun menuruti saran tersebut. Namun, bukannya membaik, kondisinya justru semakin memburuk. Barulah kemudian dia memutuskan untuk pergi ke klinik dan berkonsultasi dengan perawat, Setelah diperiksa secara menyeluruh, perawat segera merujuk ke rumah sakit karena mencurigai ada masalah yang serius. Di rumah sakit, dokter mendiagnosis bahwa dia mengidap kanker otak. Meskipun sudah menjalani pengobatan medis selama beberapa bulan, akhirnya dia meninggal dunia. Perawat yang menangani sebelumnya mengatakan bahwa keterlambatan dalam mendapat penanganan medis yang tepat turut memperparah kondisinya. Jika saja dari awal dia berkonsultasi dengan perawat di klinik, mungkin kondisinya bisa terdeteksi lebih dini.

Banyak keluarga di Indonesia yang masih percaya akan hal mistis. Bahkan di dalam bidang kesehatan terutama pengobatan masih banyak keluarga yang lebih percaya dukun dibandingkan tenaga kesehatan terutama perawat. Perawat sering diragukan akan kompetensi yang di miliki. Seringkali perawat di indonesia dianggap sebagai asisten dokter dan kompetensi yang dimiliki dipandang sebelah mata, padahal perawat adalah tenaga kesehatan profesional yang menempuh pendidikan akademis, berbekal ilmu, keterampilan, dan kode etik.

Perawat Lebih dari Sekedar Asisten Dokter

Salah satu penyebab utama masalah ini adalah kesalahpahaman masyarakat tentang profesi keperawatan. Perawat bukan "Asisten dokter" yang tugasnya hanya menyuntik dan mengukur tekanan darah. Seorang perawat menempuh pendidikan minimal 4 tahun dengan kurikulum yang mencakup anatomi, farmakologi, patofisiologi, dan berbagai ilmu medis lainnya. Mereka juga harus lulus ujian kompetensi nasional sebelum mendapat izin praktik. Berbeda dengan dukun yang mengandalkan ilmu warisan dari leluhurnya.

Sistem pendidikan keperawatan di indonesia bahkan telah di akui WHO dan sudah terstandar internasional. Perawat wajib mengikuti pendidikan berkelanjutan untuk mengupgrade pengetahuan mereka sesuai perkembangan ilmu medis terkini. Bandingkan dengan dukun yang sering kali tidak memiliki sistem evaluasi atau update pengetahuan terstandar.

Mantra Memberi Sugesti, Medis Memberi Bukti

Tidak dapat disangkal bahwa mantra atau pengobatan non medis sering kali memberi rasa tenang, terutama saat sedang sakit. Namun, ketenangan yang tidak didukung oleh dasar ilmiah saja tidak cukup untuk menyembuhkan penyakit. Perawatan medis beroperasi berdasarkan bukti, penelitian, dan prosedur yang telah teruji. Perawat menjalankan tugasnya berdasarkan prinsip praktik berbasis bukti (SOP), yang berarti bahwa setiap tindakan didasarkan pada penelitian dan standar internasional.

Keluarga harus menyadari bahwa kesehatan bukanlah sesuatu yang bisa dispekulasikan. Taruhannya adalah hidup dan mati. Memilih layanan medis dan mempercayakan perawatan yang tepat berati memilih kepastian , keamanan, dan harapan pemulihan yang lebih rasional.

Keluarga Sebagai Mitra, Bukan Penghambat

Ketidakpercayaan keluarga terhadap tenaga kesehatan terutama perawat sering kali berakar pada komunikasi yang buruk dan kurangnya edukasi. Sebuah penelitian di Journal Of Family Nursing menunjukkkan bahwa keterlibatan keluarga yang posistif dalam perawatan dapat meningkatkan tingkat kesembuhan pasien. Jadi, keluarga merupakan faktor kunci dalam proses penyembuhan pasien. Dukungan moral, kepercayaan pada tenaga kesehatan, dan kepatuhan terhadap instruksi perawat sangat memengaruhi hasil perawatan. Sebaliknya keraguan atau bahkan menolak terhadap intervensi medis dapat menghambat proses penyembuhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun