Mohon tunggu...
Mas Angger
Mas Angger Mohon Tunggu... Tenaga Adminitrasi

Tak ada yang lebih indah dan Puitis selain berbicara KEBENARAN

Selanjutnya

Tutup

Roman

Jejak Waktu

17 Mei 2025   16:44 Diperbarui: 17 Mei 2025   16:44 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: (https://pixabay.com/id/photos/sepeda-jejak-olahraga-mengendarai))

Hidup manusia adalah perjalanan sunyi yang tak pernah benar-benar sunyi. Ia dimulai dari tangisan pertama---sebuah isyarat bahwa jiwa baru telah tiba di panggung dunia. Dari sana, waktu perlahan menanamkan jejaknya, menit demi menit, tahun demi tahun, mengukir cerita dalam tiap hembusan napas.

Masa kanak-kanak adalah taman mimpi, tempat segala hal mungkin dan dunia belum banyak menuntut. Di sana, tawa lebih banyak daripada beban, dan langit selalu biru, bahkan saat hujan turun. Tapi waktu tak suka diam. Ia mendorong manusia ke masa remaja, masa pencarian bentuk---dimana hati belajar mencinta dan luka pertama pun mulai datang.

Lalu dewasa pun tiba, tanpa pernah benar-benar diminta. Tanggung jawab menggantikan permainan, dan harapan menggantikan impian. Manusia bekerja, mencinta, berjuang, lalu jatuh, lalu bangkit lagi. Hidup tak pernah berjalan lurus---ia berkelok, berliku, terkadang bahkan mundur, sebelum akhirnya membawa kita ke tempat yang tak kita duga.

Ada kehilangan dalam perjalanan ini---orang tua yang pergi, sahabat yang menjauh, cinta yang tak kembali. Tapi ada juga pertemuan-pertemuan kecil yang tak ternilai: pelukan hangat seorang anak, senyum diam pasangan di pagi hari, atau ketenangan saat menatap langit senja.

Menuju usia senja, manusia mulai mengerti: bahwa kebahagiaan bukan tujuan, melainkan cara berjalan. Bahwa hidup bukan soal berapa lama, tapi seberapa dalam ia dijalani. Dan pada akhirnya, semua akan kembali diam, sebagaimana ia dimulai---bukan dalam kehilangan, tapi dalam kepulangan.

Begitulah hidup. Sebuah perjalanan yang tak bisa diulang, tapi bisa dikenang. Sebuah kisah yang ditulis bukan dengan tinta, melainkan dengan keberanian untuk terus melangkah, meski tak tahu sampai kapan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun