Mohon tunggu...
Helly Anggara
Helly Anggara Mohon Tunggu... lainnya -

Tuhan telah menegurku dengan Cinta, Kini aku bukanlah sang "pungguk merindukan bulan", dengan kasih dan sayang yang kau berikan padaku, kali ini aku bagaikan "pungguk mendapatkan bulan"

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Chapter I - Selamat datang kembali...

13 Maret 2011   15:37 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:49 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dingin yang berbeda kurasakan pagi ini, sementara itu bola cahaya berwarna kuning di timur tampak sama dari kota ini, Yogyakarta, aku berencana menuju ke Muntilan kerumah mbahku, sebuah kota yang berada di jalur kereta api tua menuju Kota Magelang yang sekarang sudah tidak berfungsi. Kota kecamatan ini berada pada jalur perjalanan wisata menuju Candi Borobudur dari Yogyakarta.

Melangkah keluar dari losmen murahan tempat aku menginap, kudapati sambutan khas Yogyakarta, seorang pria paruh baya dengan handuk kecil dipundaknya menawarkan diri tuk mengantar jalan-jalan. Tukang becak tersebut sedikit memaksa, mengiringi  langkahku seraya terus mencoba menaklukkan diriku.

“Becak mas, saya antar muter-muter malioboro, ke keraton, Lima Ribu Rupiah saja mas..”

Kupercepat langkahku, seraya berucap “Oh enggak pak, saya mau ke Muntilan kok, bukan jalan-jalan”

Mati satu tumbuh seribu, seperti itulah yang kurasakan, lepas dari satu tukang becak, entah dari mana mereka datang, dihadang tukang becak yang lain.

Sampai akhirnya aku tiba di sebuah Shelter Bus Trans Jogja, tukang becak tersebut menghilang dengan cepat, secepat tadi mereka tiba-tiba muncul dihadapanku.

Shelter itu sempit, sebuah bangungan yang berdiri dipingir jalan, mirip dengan halte, tetapi kita harus membayar sebesar Tiga Ribu Rupiah untuk memasukinya. Uang tersebut adalah biaya tiket untuk naik bus yang datang dan berangkat dari satu shelter ke shelter yang lain.

“Mau kemana mas?” Ucap mbak sang penjaga shelter.

“Jombor mbak” jawabku sambil mengeluarkan tiga lembar uang ribuan.

Pagi itu shelter tersebut sudah penuh sesak, dari yang tua hingga yang muda, seorang pria dengan pakaian klimis ala kantoran, wanita cantik dengan make up tebal, hingga ibu-ibu tua dengan barang-barangnya dan sepasang kekasih yang akan pergi ke kampus.

Pemandangan yang tak kan pernah kulihat di kota asal ku Balikpapan, dimana harga diri begitu tinggi, disana, seorang anak akan merengek minta dibelikan motor hanya untuk kuliah, wanita -wanita muda merasa gengsi jika harus naik angkot, seorang pria akan lebih percaya diri jika bisa mengantar kekasihnya dengan kendaraan pribadi.

Bus yang kutunggu akhirnya tiba, berhenti tepat didepan shelter.. anginnya berhembus seakan berucap..

“Selamat Datang kembali di Yogyakarta Ngga..”

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun