"Aur berumpun akar berjalin, menahan bumi jangan terpecah.
Kalau manusia pandai berpatrin, alam pun selamat dari musibah."
Bambu bukan sekadar tumbuhan. Ia adalah penjaga ekosistem. Ia benteng alam yang tidak meminta gaji, tidak butuh sanjungan.
Bambu sebagai Emas Hijau Ekonomi
Manusia sering silau oleh emas kuning dan emas hitam. Padahal, di depan mata tumbuh subur emas hijau bernama bambu.
Aur tidak memerlukan puluhan tahun untuk matang. Dalam hitungan bulan, ia menjulang. Dalam hitungan tahun, ia siap dipanen, dan dari akar yang sama lahir pula tunas baru. Pelajaran berharga tentang keberlanjutan.
Bambu melahirkan nafkah:
- Tiang rumah rakyat, dari pondok sederhana hingga arsitektur ramah lingkungan.
- Meja, kursi, tikar, hingga alat musik.
- Bahan energi terbarukan, arang briket, bio-komposit, bahkan serat tekstil modern.
Di Jawa Barat, desa-desa hidup dari kerajinan bambu. Di Bali, bambu menjadi panggung seni dan pariwisata. Di banyak daerah, bambu menghidupi pengrajin, petani, dan seniman.
Pantun Melayu berkata:
"Pergi ke dusun mencari rotan, pulang membawa aur sekawan.
Kalau negeri bijak menata tanaman, rakyat sejahtera, makmur kemudian."