Mohon tunggu...
Angga
Angga Mohon Tunggu... Content Writer

Seorang penulis yang suka dengan dunia teknologi

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Apa "Sukses" Bukan untuk Semua Orang?

20 Mei 2025   09:00 Diperbarui: 19 Mei 2025   16:40 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di media sosial, kita disuguhi kisah-kisah tentang sukses. Tentang penghasilan ratusan juta, rumah impian yang baru dibeli, liburan ke luar negeri yang tampak tanpa beban, dan gaya hidup yang seolah jadi standar baru untuk disebut "berhasil".

Semua itu dikemas manis, lalu diselipkan pesan tersirat: "Kalau aku bisa, kamu juga bisa."

Terdengar seperti motivasi, padahal lebih sering jadi jebakan.

Di balik cerita sukses yang dipamerkan, seringkali tersembunyi agenda lain. Menjual kursus, menjual gaya hidup, atau menjual harapan. Seolah mereka berkata, "Ikuti caraku, maka hidupmu akan sepertiku."

Padahal, tak ada hidup yang bisa digandakan. Tak ada cerita yang bisa diulang dengan hasil yang sama. Dan di tengah itu semua, kita mulai mempertanyakan:

Mengapa langkahku lambat? Mengapa hasilku tak seindah mereka? Apakah aku kurang berusaha, atau memang tak ditakdirkan untuk sukses?

Saat Kata-Kata Motivasi Tak Lagi Menguatkan

"Kalau orang lain bisa, kamu juga bisa!"

Pernah dengar kalimat seperti ini? Rasanya hampir semua dari kita pernah, entah dari buku motivasi, seminar, konten media sosial, atau mungkin dari orang terdekat yang berniat menyemangati. Kalimat ini sering kali terdengar seperti pelukan hangat di tengah kegagalan. Memberi harapan bahwa semua akan baik-baik saja asal kita mau berusaha.

Aku pun pernah memegang erat kata-kata itu. Menggunakannya sebagai penyangga ketika nyaris tumbang. Sebagai pengingat bahwa aku hanya butuh waktu, dan kesuksesan itu pasti datang jika aku cukup gigih, cukup sabar, dan cukup meniru jejak orang-orang yang sudah berhasil lebih dulu.

Tapi seiring waktu, aku mulai bertanya. Kalimat ini sebenarnya menguatkan, atau justru bisa menyesatkan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun