Mohon tunggu...
angel putri
angel putri Mohon Tunggu... mahasiswa

membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Air Sebagai Sumber Kehidupan

13 Oktober 2025   10:38 Diperbarui: 13 Oktober 2025   10:36 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apakah kita bisa berperan dalam menjaga air mulai dari rumah sendiri?

Pengelolaan air sebenarnya bisa dimulai dari hal-hal kecil di rumah. Misalnya, mematikan keran saat menyikat gigi atau mencuci piring, menggunakan air bekas cucian beras untuk menyiram tanaman, hingga memilih ember dibanding selang saat mencuci motor. Hal sederhana seperti memperbaiki kebocoran pipa juga penting, karena kebocoran kecil bisa membuang puluhan liter air setiap hari.

Di daerah dengan curah hujan tinggi, warga juga bisa menampung air hujan menggunakan toren atau wadah sederhana. Air ini dapat digunakan untuk mencuci, menyiram, bahkan untuk cadangan saat musim kemarau. Dengan langkah praktis tersebut, masyarakat bisa mengurangi pemborosan dan sekaligus memperkuat ketahanan air rumah tangga.

Suhu Panas yang Mencekik

Apakah panas ekstrem saat musim kemarau menjadi tanda perubahan iklim yang nyata?

Sekarang pun tanda-tandanya sudah terasa. Musim kemarau bukan hanya panjang, tetapi juga diiringi suhu yang jauh lebih panas. Di siang hari, bahkan berada di dalam rumah pun tetap terasa terpanggang. Udara panas menyengat kulit, membuat aktivitas sehari-hari jadi lebih berat. Rumah yang biasanya sejuk, kini seperti oven alami.

Fenomena ini selaras dengan temuan IPCC (2022) bahwa kenaikan suhu rata-rata global memicu gelombang panas di banyak negara, termasuk Indonesia. Suhu udara yang meningkat mempercepat penguapan air, sehingga sumur, waduk, dan sungai lebih cepat menyusut. Akibatnya, cadangan air yang seharusnya bisa bertahan lebih lama, justru cepat habis.

Hujan yang Tak Lagi Pasti

Pernahkah Anda berharap hujan, tapi langit tetap kering?

Ironisnya, ketika kita benar-benar butuh hujan, langit tetap kering. Tapi saat belum waktunya, hujan turun sebentar saja, lalu menghilang tanpa sempat memberi manfaat. Pola musim yang kacau ini jelas menunjukkan gangguan pada siklus hidrologi. Curah hujan ekstrem yang singkat membuat air hujan hanya jadi limpasan yang terbuang ke laut, bukan terserap ke tanah. Sementara itu, di saat kita benar-benar haus akan air, langit enggan memberi.

Air sebagai Isu Global Abad 21

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun