Stroke merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan utama di dunia, termasuk di Indonesia. Berdasarkan data WHO, setiap tahun terdapat sekitar 6 juta kematian akibat stroke, dengan hipertensi sebagai faktor risiko terbesar. Hipertensi yang tidak terkontrol dapat meningkatkan risiko stroke hingga enam kali lipat. Pada lansia, kondisi ini sering diperburuk dengan adanya penurunan nafsu makan, disfagia, hingga gangguan metabolik yang berpotensi menimbulkan malnutrisi. Oleh karena itu, asuhan gizi menjadi bagian penting dalam proses pemulihan pasien stroke, baik untuk mempercepat penyembuhan maupun mencegah komplikasi lanjutan (12/08/25).
Gambaran kasusnya adalah seorang pria berusia 70 tahun dengan diagnosis stroke infark, disertai hipertensi primer yang tidak terkontrol. Saat masuk rumah sakit, tekanan darah pasien mencapai 231/139 mmHg dan pasien mengalami muntah, vertigo, serta kelemahan pada ekstremitas kiri. Pemeriksaan penunjang menunjukkan adanya kardiomegali dan dugaan hipertrofi ventrikel kiri, sedangkan hasil laboratorium awal memperlihatkan peningkatan ureum (104 mg/dL) dan kreatinin (1,64 mg/dL), serta kolesterol total yang tinggi (208 mg/dL).
Berdasarkan hasil status gizi, pasien memiliki IMT sebesar 30,82 kg/m² yang menunjukkan obesitas, tetapi hasil skrining gizi (MNA) menyatakan pasien berisiko malnutrisi akibat penurunan nafsu makan disaat masuk rumah sakit. Recall 24 jam saat sakit menunjukkan asupan energi hanya 5% dari kebutuhan, protein 11%, lemak 1%, dan karbohidrat 5%, angka ini sangat jauh dari kebutuhan normal pasien.
Â
Pasien stroke dengan hipertensi primer memerlukan intervensi gizi yang tepat karena beberapa faktor berisiko muncul bersamaan, yaitu hipertensi, obesitas, dislipidemia, serta fungsi ginjal yang mulai menurun. Asupan makan pasien yang rendah berpotensi memperparah kondisi klinis, sehingga salah satu tujuan utama intervensi adalah meningkatkan kecukupan energi dan protein hingga minimal 80% kebutuhan harian.
Intervensi gizi yang diberikan berupa diet rendah kolesterol dan lemak terbatas (RKLT) dengan tekstur saring/lunak cincang. Prinsip diet ini adalah membatasi asupan lemak jenuh dan kolesterol agar tidak memperburuk hipertensi maupun profil lipid pasien, serta menjaga fungsi ginjal tetap stabil. Selain itu, pasien diberikan edukasi gizi terkait pemilihan bahan makanan rendah kolesterol, cara memasak sehat, serta pembagian makan dalam porsi kecil tetapi sering.
Berdasarkan asuhan gizi tersebut, dilakukan monitoring selama 3 hari, yang mencakup pemeriksaan biokimia, klinis, dan asupan makan: