Mohon tunggu...
a_selaludihati
a_selaludihati Mohon Tunggu... Guru - Andy Hermawan

Terlahir dengan nama Andy Hermawan, saat ini berprofesi sebagai edupreneur dan pendongeng.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ali dan Cahaya Ramadan: Kisah Lampu Ajaib dan Keajaiban Kebaikan

28 Maret 2024   13:19 Diperbarui: 28 Maret 2024   13:39 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image created by Andy using DALL-E3

Di sebuah desa kecil yang dihiasi oleh pegunungan hijau, hiduplah seorang anak laki-laki bernama Ali. Ali adalah seorang anak yang ceria dan penuh keingintahuan. Hari demi hari, Ali menunggu dengan tak sabar datangnya bulan suci Ramadan. Dia selalu mendengar cerita indah tentang bulan Ramadan dari neneknya.
Suatu hari, menjelang Ramadan, Ali menemukan sebuah lampu ajaib di dalam gudang tua di belakang rumahnya. Lampu itu berdebu dan terlihat seperti tak terpakai bertahun-tahun lamanya. Tapi begitu Ali membersihkannya, lampu itu berkilau dan memancarkan cahaya yang menakjubkan.

"Sekarang aku punya lampu ajaib!" seru Ali dengan gembira.

Ali tak sabar untuk mempraktikkan keajaiban lampu itu. Dia menggosok lampu dengan keras dan seketika muncul seorang jin mungil di depannya.

"Aku adalah jin lampu, wahai tuanku! Katakanlah, apa yang kau inginkan?" ucap jin itu dengan suara seraknya.

Ali yang penuh kegembiraan langsung berkata, "Aku ingin menjadikan bulan Ramadan kali ini menjadi yang paling istimewa di desaku!"

Jin itu tersenyum, "Sebagai balasannya, aku akan memberikanmu tiga keajaiban untuk setiap hari Ramadan. Tapi, ingatlah, keajaiban ini hanya boleh digunakan dengan niat baik dan menguntungkan."

Ali bersorak girang. Dia pun segera memikirkan apa yang ingin dia lakukan dengan keajaiban itu.

Hari pertama Ramadan tiba, Ali menggunakan keajaiban pertamanya untuk memperbanyak makanan di dapur neneknya sehingga dia bisa berbuka puasa bersama banyak orang. Semua orang di desa terkejut melihat begitu banyak makanan lezat di meja berbuka puasa.

Hari kedua, Ali memutuskan untuk membuat sumur air di tengah desa yang kering. Dengan keajaiban kedua, dia mampu mengeluarkan air bersih yang melimpah dari tanah. Desa pun kembali hijau dan subur.

Hari ketiga, Ali bingung dengan apa yang ingin dia lakukan. Tiba-tiba, dia mendapatkan ide yang brilian. Dia akan menggunakan keajaiban ketiganya untuk membuat panggung teater terbuka di lapangan desa. Dia akan menampilkan cerita-cerita inspiratif tentang Ramadan setiap malam.

Semua penduduk desa datang untuk menikmati pertunjukan tersebut. Mereka tertawa, menangis, dan merasa terinspirasi oleh cerita-cerita yang ditampilkan oleh Ali dan teman-temannya.

Namun, saat malam terakhir Ramadan tiba, Ali menyadari bahwa dia belum menggunakan keajaiban terakhirnya. Dia memutuskan untuk menyimpannya untuk malam terakhir.

Pada malam terakhir Ramadan, setelah menampilkan pertunjukan terakhir, Ali menggunakan keajaiban terakhirnya untuk meminta agar bulan tetap berada di langit lebih lama sehingga malam terakhir Ramadan bisa dinikmati lebih lama oleh semua orang.

Tapi, sesuatu yang tidak terduga terjadi. Ketika bulan tetap berada di langit, semua orang di desa terpesona oleh cahaya yang sangat terang yang memancar dari bulan. Mereka mulai menganggap bulan itu sebagai cahaya yang mengarahkan mereka pada jalan kebaikan.

Ketika bulan akhirnya turun, bulan itu meninggalkan cahaya yang bersinar di langit. Itu bukan lagi bulan biasa, tapi menjadi lambang harapan, cinta, dan kebaikan.

Ali menyadari bahwa keajaiban sejati Ramadan adalah keajaiban yang terjadi dalam hati manusia. Keajaiban itu adalah kasih sayang, kebaikan, dan kepedulian yang dilakukan oleh semua orang di bulan Ramadan. Dan lampu ajaib yang diberikan oleh jin adalah hanya pengingat akan kekuatan kebaikan yang selalu ada di dalam diri setiap orang.

Dari malam itu, desa itu menjadi lebih indah. Mereka belajar bahwa keajaiban sejati adalah ketika kita berbagi, peduli, dan mencintai satu sama lain.

Dan begitulah, Ali dan desanya menjalani Ramadan yang penuh keajaiban dan cinta, bukan hanya karena lampu ajaib, tetapi karena kebaikan yang mereka miliki dalam hati mereka sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun