Mohon tunggu...
Andryanto EN
Andryanto EN Mohon Tunggu... Praktisi ESG Berkelanjutan

Kehidupan Berkelanjutan

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Dari Jakarta ke Manila : Jejak Emas WIKA Beton di Dua Megaproyek MRT

30 Juli 2025   11:32 Diperbarui: 31 Juli 2025   18:17 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pengiriman PC Lining ke Metro Manila Subway (Kredit : Corsec WIKA Beton)

Transportasi massal berbasis rel telah menjadi tulang punggung mobilitas perkotaan modern. Di kawasan Asia Tenggara, dua proyek MRT yang mencuat adalah MRT Jakarta dan sistem MRT Manila, dimana keduanya melibatkan keahlian perusahaan Indonesia, PT Wijaya Karya Beton Tbk (WIKA Beton), sebagai pemain kunci dalam penyediaan infrastruktur beton pracetak berkualitas tinggi.

MRT Jakarta: Kebanggaan Transportasi Modern Indonesia

MRT Jakarta yang resmi beroperasi pada 24 Maret 2019 merupakan sistem transportasi rel pertama di Indonesia yang menggunakan teknologi bawah tanah. Dengan panjang jalur 15,7 kilometer pada Fase 1, MRT Jakarta menghubungkan Stasiun Lebak Bulus hingga Bundaran HI melalui 13 stasiun yang terdiri dari 7 stasiun layang dan 6 stasiun bawah tanah.

Keunggulan MRT Jakarta terletak pada penggunaan teknologi Automatic Train Operation (ATO) Level 2, yang memungkinkan operasi otomatis dengan pengawasan minimal dari masinis. Setiap rangkaian kereta Ratangga dapat menampung hingga 1.800 penumpang dengan kecepatan operasional 80-100 km/jam.

Saat ini, pembangunan MRT Jakarta Fase 2A sedang berlangsung dengan progres mencapai 48,90 persen per Mei 2025. Fase ini akan menambah jalur sepanjang 5,8 kilometer dari Bundaran HI hingga Kota dengan 7 stasiun bawah tanah: Thamrin, Monas, Harmoni, Sawah Besar, Mangga Besar, Glodok, dan Kota.

MRT Manila: Sistem Transportasi yang Mencari Solusi

Manila Metro Rail Transit System (MRT-3) telah beroperasi sejak Desember 1999 dengan jalur sepanjang 16,9 kilometer dan 13 stasiun. Berbeda dengan MRT Jakarta, MRT-3 Manila menggunakan sistem elevated (layang) dan dioperasikan melalui kemitraan antara Metro Rail Transit Corporation dan Departemen Perhubungan Filipina.

Sistem MRT Manila menghadapi tantangan signifikan berupa overcrowding dan masalah pemeliharaan. Kapasitas yang terbatas sering menyebabkan penumpang harus menunggu 30 menit hingga 1 jam di jam sibuk. Kondisi ini memunculkan kebutuhan akan sistem transportasi baru yang lebih modern dan efisien.

Sebagai solusi, pemerintah Filipina mengembangkan Metro Manila Subway, sistem MRT bawah tanah pertama di negara tersebut. Proyek senilai PHP 488,5 miliar ini memiliki panjang lintasan 33 kilometer dengan 17 stasiun yang menghubungkan Valenzuela City hingga Ninoy Aquino International Airport (NAIA). Sistem ini diproyeksikan dapat mengangkut lebih dari 519.000 penumpang per hari dan memangkas waktu tempuh Quezon City-NAIA dari 70 menit menjadi 35 menit.

Peran di MRT Jakarta

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun