Mohon tunggu...
Didik Hendrix
Didik Hendrix Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Cucu jauh Jimmi Hendrix yang peduli rakyat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bukan Salah Rok Mini, tapi Otak yang Mini

19 Desember 2017   08:27 Diperbarui: 20 Desember 2017   18:36 1472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebelum berpikir untuk berperan dalam isu kesetaraan gender, yang paling pertama harus dilakukan laki-laki adalah belajar tentang feminisme. Tidak perlu membaca puluhan atau ratusan buku tentang teori-teori feminis, tetapi siaplah untuk membuka otak anda dengan wawasan yang baru.

Selalu mulai dengan diri sendiri, lalu berlanjut ntuk belajar membangun komunikasi yang sehat dengan orang lain, terutama dengan pasangan anda. Mulai hindari penggunaan kata-kata yang seksis dan bias dalam komunikasi sehari-hari. Saat melihat tindak pelecehan atau kekerasan terjadi, anda sebaiknya mengambil sikap. Misalnya, jika ada kawan yang bercanda seksis, anda bisa menegurnya atau mengingatkannya.

Cari informasi tentang persoalan ketidakadilan gender dan pelajari dengan saksama. Jangan lupa untuk berkontribusi dalam bentuk apa pun, baik itu pikiran, waktu, bahkan donasi untuk mendukung gerakan ini.

Tidak perlu menjadi aktivis! Kamu bisa berkontribusi dengan kemampuan yang kamu miliki.

http://jogja.tribunnews.com
http://jogja.tribunnews.com
Masih banyak laki-laki di Indonesia yang menganggap bahwa tak ada masalah serius dengan perempuan di Indonesia

Anggapan seperti ini lahir karena banyak orang gagal melihat persoalan sebenarnya.
Kalau dilihat hanya dari perempuan sudah pernah jadi ini dan itu, sekarang coba lihat berapa banyak perwakilan perempuan yang ada di legislatif? 

Berapa banyak perempuan dan anak yang mengalami kekerasan seksual dan berapa banyak pelaku yang dibawa ke pengadilan? Atau, mengapa lebih banyak perempuan menjadi buruh migran jika peran tradisional mengatakan bahwa laki-laki adalah pencari nafkah utama?

Daripada menghabiskan waktu nyinyir soal isu perempuan dan Pilkada Jakarta di media sosial, ada baiknya mereka membaca lebih referensi di webistekami. Jika masih kurang, kami dengan senang hati akan berdiskusi dengan kamu di sebuah warung kopi yang nyaman.

(fakta kutipan Tirto.ID)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun