KITA, YANG DITULIS KATA
Hujan kemarin menuliskan tentang dia di dadaku---
tanpa pena, tanpa huruf.
Ia datang seperti cahaya yang tersesat,
menempel di ujung pikiranku.
Setiap kali malam membuka lembarannya,
aku menemukan jejaknya
di sela-sela sunyi yang menolak tidur.
Dia bukan nama,
dia hanya gema
dari sesuatu yang pernah ingin jadi kata.
Aku mencium wangi kertas basah
yang kukira dirinya.
Di sana, antara titik dan jeda,
aku mendengar bisikan lembut---
mungkin rinduku, mungkin dirinya.
Aku tak menyebut siapa,
sebab rahasia paling indah
selalu bersembunyi di antara metafora.
Seperti cinta yang tak ingin diakui,
namun terus hidup
dalam setiap huruf yang tak sempat kutulis.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI