KUTEMUKAN CAHAYA-MU
Langit pagi ini tak bersuara,
tapi aku tahu,
di antara helai kabut yang meluruh pelan,
ada sabda lembut-Mu yang menuntun aku pulang.
Telah jauh langkah ini menapaki sunyi,
tertatih menelusuri jejak diri yang rapuh,
menyusuri lembah luka,
menyibak tirai waktu yang menyimpan
isak tanpa nama.
Namun kini,
setiap tetes air mata menjelma mutiara doa,
setiap sepi berubah menjadi taman zikir,
dan setiap kegagalan
menjadi pintu bagi sabar yang dewasa.
Aku ingat, Ya Rabb,
betapa sering aku berjalan dengan mata tertutup,
mencari-Mu di luar diriku sendiri,
padahal Engkau bersemayam di dalam dada---
setenang dzikir yang tak pernah usai.
Kini kutahu,
Cahaya-Mu tak datang dengan gemuruh petir,
tapi dengan lembutnya ampunan
yang menyapu dosa seperti embun
membasuh daun-daun yang patah.
Aku bukan siapa-siapa,
hanya debu yang Kau hidupkan dengan kasih,
hanya nafas yang Kau pinjamkan
agar aku belajar makna berserah.
Dan di titik ini,
di antara malam yang menua dan pagi yang menjelma,
aku berhenti---
bukan karena lelah,
tapi karena telah kutemukan arah.
Kutemukan Cahaya-Mu,
bukan di langit yang jauh,
bukan di kitab yang tertutup debu,
bukan di bait-bait doa yang kukira indah,
melainkan di dalam luka yang akhirnya kurelakan.
Ya Allah...
biarlah perjalanan ini tak berakhir,
biarlah rindu ini terus hidup
sebagai nyala kecil di dada,
yang mengingatkan aku,
bahwa mencintai-Mu
adalah pulang yang paling abadi.