Setiap budaya memiliki cara unik untuk menyeimbangkan kerja keras dengan kebutuhan beristirahat. Di Jepang, ada sebuah praktik menarik yang disebut inemuri (居眠り), yang secara harfiah berarti “tidur sambil hadir.”
Ini bukanlah tidur nyenyak seperti saat malam hari, melainkan tidur ringan yang dilakukan di ruang publik atau bahkan di tempat kerja, tanpa benar-benar menarik diri dari lingkungan sekitar.
Praktik ini cukup unik karena di banyak negara, tidur di tempat umum sering dianggap tidak sopan atau tanda kemalasan. Namun, di Jepang, inemuri justru dipandang positif, sebagai simbol dedikasi, kerja keras, dan kemampuan menjaga keseimbangan dalam kehidupan sosial.
Dari kereta komuter yang penuh sesak hingga ruang rapat perusahaan besar, inemuri menjadi pemandangan sehari-hari yang sangat lumrah.
Fenomena ini menimbulkan pertanyaan menarik: bagaimana sebuah budaya bisa memandang tidur di tempat umum sebagai sesuatu yang terhormat, dan apakah praktik ini bisa relevan untuk dunia modern, termasuk di Indonesia?
Apa Itu Inemuri?
Secara sederhana, inemuri adalah tidur sejenak di tengah aktivitas sosial. Orang yang melakukannya tidak benar-benar memutuskan diri dari lingkungan sekitar. Mereka tetap duduk tegak, menjaga postur tubuh agar tidak mengganggu orang lain, dan biasanya bisa segera terbangun jika diperlukan.
Contoh paling umum adalah para pekerja yang tertidur sebentar di kereta setelah seharian bekerja. Mereka terlihat kelelahan, namun tetap menjaga sikap seolah-olah “hadir” bagi lingkungan sosialnya.
Hal ini berbeda dengan tidur penuh di rumah, yang bersifat pribadi dan terisolasi. Inemuri lebih menyerupai sebuah “ritual istirahat publik” yang tetap mempertahankan kehadiran sosial seseorang.
Makna Budaya di Balik Inemuri
1. Simbol Dedikasi dan Kerja Keras
Di Jepang, tidur di meja kerja atau saat rapat tidak selalu dilihat sebagai sikap tidak sopan. Justru, itu bisa dianggap sebagai bukti bahwa seseorang telah bekerja keras hingga kelelahan. Inemuri menjadi semacam “lencana kehormatan” yang menunjukkan loyalitas dan komitmen pada pekerjaan.
2. Kehadiran Sosial yang Tetap Terjaga
Orang yang melakukan inemuri biasanya tetap berada dalam lingkaran sosial. Mereka tidak menyendiri, melainkan tetap berada di ruang bersama. Bahkan dalam keadaan mata terpejam, keberadaan mereka masih diakui, karena sewaktu-waktu bisa kembali aktif.
3. Harmoni dan Ketenangan
Nilai wa (和) atau harmoni sangat penting dalam budaya Jepang. Inemuri mencerminkan hal ini karena memungkinkan individu beristirahat tanpa mengganggu ritme kelompok. Praktik ini menjaga keseimbangan antara kepentingan pribadi dan kepentingan kolektif.
Inemuri dalam Kehidupan Sehari-hari di Jepang
Fenomena inemuri dapat ditemukan hampir di setiap sudut kehidupan masyarakat Jepang:
* Kereta Komuter
Ribuan pekerja tidur ringan di kereta setiap hari. Menariknya, banyak yang bisa bangun tepat di stasiun tujuan mereka, seolah tubuh sudah hafal ritme perjalanan.
* Ruang Rapat
Tidak jarang seorang karyawan senior terlelap sebentar di rapat panjang. Hal ini bukan dianggap tidak sopan, melainkan tanda bahwa ia sudah bekerja dengan sungguh-sungguh.
* Kampus dan Perpustakaan
Mahasiswa yang belajar keras sering tertidur sejenak di meja mereka. Bagi lingkungan akademik, itu bukan cerminan kemalasan, melainkan bukti ketekunan.
* Kafe atau Toko Serba Ada
Beberapa orang menggunakan manga café atau convenience store untuk beristirahat sebentar, terutama jika harus menunggu transportasi malam.
Manfaat Inemuri untuk Produktivitas
Banyak penelitian modern mendukung manfaat tidur singkat, dan inemuri ternyata sejalan dengan itu.
1. Pemulihan Kognitif
Tidur ringan sekitar 10–20 menit terbukti meningkatkan konsentrasi, daya ingat, dan ketajaman berpikir.
2. Pencegahan Burnout
Dengan memberi ruang untuk istirahat singkat, tubuh dan pikiran terhindar dari kelelahan kronis yang bisa mengurangi kualitas kerja.
3. Meningkatkan Kreativitas
Saat otak beristirahat, muncul proses bawah sadar yang membantu menemukan ide-ide baru.
4. Regulasi Emosi
Tidur sejenak membantu mengurangi stres dan memperbaiki suasana hati, yang berimbas positif pada interaksi sosial maupun kerja tim.
Tantangan dalam Mengadaptasi Inemuri di Dunia Modern
Meskipun inemuri terlihat ideal, praktik ini tidak mudah diterapkan di semua tempat. Ada beberapa tantangan:
1. Persepsi Negatif
Di banyak negara, tidur di ruang publik dianggap tidak profesional. Butuh perubahan paradigma agar inemuri bisa diterima.
2. Ketimpangan Hierarki
Di Jepang, biasanya yang lebih senior lebih bebas melakukan inemuri. Dalam budaya kerja modern yang egaliter, perlu aturan yang adil.
3. Keterbatasan Ruang
Tidak semua kantor memiliki tempat yang nyaman untuk tidur singkat. Desain ruang kerja yang fleksibel bisa jadi solusinya.
4. Ketakutan Akan Turunnya Produktivitas
Sebagian manajer khawatir istirahat singkat akan menurunkan performa. Padahal, penelitian menunjukkan sebaliknya: tidur sebentar justru meningkatkan efisiensi.
Mengadaptasi Inemuri di Indonesia
Apakah inemuri mungkin diterapkan di Indonesia? Jawabannya, mungkin saja, jika dilakukan dengan penyesuaian budaya:
1. Reframing Istirahat sebagai Strategi Produktivitas
Perlu ada kampanye edukasi bahwa tidur singkat bukan tanda malas, melainkan strategi untuk menjaga kesehatan mental dan produktivitas.
2. Integrasi dalam Budaya Kerja
Perusahaan bisa menyediakan waktu khusus, misalnya setelah makan siang, sebagai momen untuk istirahat singkat.
3. Koneksi dengan Nilai Lokal
Indonesia memiliki tradisi “istirahat siang” atau sekadar hening sejenak. Inemuri bisa diposisikan sebagai bagian dari kearifan lokal dengan wajah modern.
4. Teknologi dan Desain Ruang
Aplikasi pengingat istirahat, pencahayaan lembut, serta kursi ergonomis bisa mendukung kebiasaan tidur singkat di kantor.
Penutup: Inemuri sebagai Ritual Modern
Inemuri bukan hanya tentang tidur di tempat umum, melainkan cara untuk menjaga keseimbangan hidup. Ia merepresentasikan dedikasi, kehadiran sosial, dan kearifan tubuh dalam merespons kebutuhan istirahat.
Di tengah dunia kerja yang semakin cepat dan menuntut, kita sering lupa bahwa produktivitas sejati lahir dari tubuh dan pikiran yang sehat. Mengadopsi inemuri secara bijak dapat membantu menciptakan budaya kerja yang lebih manusiawi, baik di Jepang, Indonesia, maupun di seluruh dunia.
Dengan mengizinkan diri kita untuk tidur sambil tetap hadir, kita belajar bahwa istirahat bukanlah kelemahan, melainkan bagian penting dari kekuatan.
Referensi:
- Japanese work napping ritual - Inemuri – nyumi, https://nyumi.com/blogs/news/inemuri-the-japanese-culture-of-napping-at-work
- What is inemuri, the mysterious Japanese nap?, https://www.napandup.com/en/blog/what-is-inemuri-the-mysterious-japanese-nap/
- Inemuri Practice in Japan: Acceptable Napping in Public Spaces – YouGoJapan, https://yougojapan.com/inemuri-practice-in-japan-acceptable-napping-in-public-spaces/
- Inemuri: Can Japan's Nap Culture Actually Boost Your Productivity?, https://doctor.ndtv.com/living-healthy/inemuri-can-japans-nap-culture-actually-boost-your-productivity-8680577
- Asleep On The Job: Japan’s Inemuri Phenomenon, https://theculturetrip.com/asia/japan/articles/asleep-on-the-job-japans-inemuri-phenomenon
- Inemuri Practice in Japan: Acceptable Napping in Public Spaces – YouGoJapan, https://yougojapan.com/inemuri-practice-in-japan-acceptable-napping-in-public-spaces/
- Japanese Inemuri: the Workplace Napping Culture in Japan, https://calestiaworld.com/japanese-inemuri/
- Inemuri: Learn the Rules for Sleeping in Public in Japan, https://gogonihon.com/en/blog/inemuri-sleeping-in-public-in-japan/
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI