“Atas perintah kaisar, Nyonya saya tangkap.”
“Di mana suamiku?!”
“Nyonya diminta menyerahkan sutra terbaik itu kepada Permaisuri!”
“Sutra terbaik? Aku tak mengerti.”
“Sudah jangan banyak bicara!”
Kemudian sepasukan istana itu pergi bersama tawanannya menerabas gelap yang baru saja hadir menyelimuti pelataran paviliun. Bunga-bunga teratai kian merekah seiring jatuhnya sinar purnama. Kemudian sesampainya di istana wanita itu langsung dihadapkan pada Kaisar dan Permaisuri. Di sana sang saudagar masih merengkuh di atas lantai. Wanita itu diminta berlutut oleh pasukan istana. Ia menurut.
“Berikan sutra terbaik itu atau kepala kalian kupenggal!”
“Hamba tak mengerti maksud baginda Permaisuri.”
“Aku melihatmu memakainya ketika malam di mana bunga-bunga teratai itu bermekaran,” lelaki itu dengan lancangnya memotong. Sebelum ia melanjutkan Kaisar telah lebih dahulu berujar.
“Serahkan sutra itu!”
Wanita itu tetap diam tanpa kata. Tak berapa lama akhirnya kaisar kehilangan kesabarannya.