Mohon tunggu...
Andri Limka
Andri Limka Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

Seorang mahasiswa yang tertarik membaca, menulis, dan membagikannya kepada yang lain

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Chhichhore: Filmnya para Pecundang

24 Juni 2021   07:40 Diperbarui: 24 Juni 2021   07:43 346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Aku bisa terima julukan pecundang. Jauh lebih baik ketimbang disebut penakut, yang ogah berpartisipasi sebab tahu bakal kalah.”

Kalimat tersebut dilontarkan oleh Aniruddh Pathak, pemeran utama dalam film Chhichhore (2019) yang dalam film dikisahkan sebagai seorang mahasiswa. Kala itu ia sedang dilanda semangat yang menggebu-gebu untuk dapat membawa asrama tempat tinggalnya memenangkan kejuaraan umum olahraga di kampus tempat ia berkuliah. 

Namun, ia juga berada dalam sebuah keraguan yang mendalam sebab mahasiswa yang ditempatkan di H4 adalah mahasiswa yang “luar biasa”, bukan dalam arti prestasi positif tetapi kekacauan dalam hidup, mungkin dapat juga disebut berandal dan tidak memiliki talenta dibidang olahraga. Selain itu, asrama H4 juga tidak pernah memenangkan kejuaraan umum olahraga, bahkan selalu jadi juru kunci sehingga mahasiwa H4 selalu dijuluki “pecundang”.

Di sinilah Aniruddh mendapat tantangan untuk mengubah stigma terhadap asramanya itu. Kenyataan bahwa mahasiswa H4 memang tidak bertalenta dalam olahraga dan juga terbukti ketika diadakan seleksi bagi peserta perlombaan. 

Tetapi Aniruddh tidak menyerah. Ia memutar otak dan mencari cara untuk memenangkan pertandingan meski dengan bakat peserta yang sungguh sangat terbatas. Akhirnya, ia menggunakan beberapa trik, salah satunya mengacaukan konsentrasi lawan dalam pertandingan dengan sorak-sorai sehingga asrama H4 pelan-pelan mulai memenangkan setiap cabang olahraga.

Menjelang akhir film, dikisahkan juara umum akan ditentukan oleh 3 cabang olahraga (catur, lari estafet, dan bola basket) antara asrama H4 dan asrama H3. Itu berarti asrama H4 menjadi juara umum tahun itu bila memenangkan semua pertandingan. Pertandingan catur dan lari estafet yang penuh drama nan alot akhirnya dimenangkan oleh asrama H4. Maka cabang penentu adalah bola basket. 

Sayangnya di detik-detik akhir pertandingan bola basket, tembakan tiga angka dari Aniruddh yang seharusnya menjadi penentu kemenangan asrama H4 tidak masuk sehingga asrama H3lah memenangkan pertandingan. Dengan itu asrama H3 yang akhirnya menjadi juara umum tahun itu dan asrama H4 kembali gagal menjadi juara umum dan harus menempati posisi dua klasemen akhir (tidak lagi di posisi buncit).

Tangis dan kesedihan dari pemain asrama H4 pun pecah. Tetapi asrama H3 menunjukkan sportivitas dengan menyanjung permainan asrama H3 yang sangat baik.

Film Bollywood yang diperankan oleh Sushant Singh Rajput dan Shraddha Kapoor ini berdurasi 2 jam 23 menit. Kisah di atas hanyalah kisah masa lalu yang diceritakan kembali oleh Anirudh dewasa bersama dengan sahabat-sahabat “pecundang”nya di depan anaknya yang sedang kritis karena bunuh diri sebab ia tidak lolos ujian saringan masuk universitas.

Aniruddh ingin memberitahu anaknya bahwa sebutan “pecundang” sudah pernah dapati dan ia lewati tetapi itu tidak berarti membuat hidupnya berakhir.

Film ini sangat bagus bagi perkembangan mental anak-anak muda masa kini yang cenderung tidak ingin dan tidak siap menerima kegagalan. Selain untuk anak muda, juga cocok bagi orang tua yang sekiranya tidak membebani anak dengan “keharusan” berprestasi sebab itu hanya akan memberinya beban secara fisik dan psikologis yang akan bertambah parah bila hasil sebuah usaha tidak sesuai yang diharapkan.

Dampak lainnya juga akan membuat anak merasa takut dan tidak mau berjuang sebab ia takut menghadapi kegagalan. Jadi dalam hal ini bagaimana kita tidak menjadi takut sebelum mencoba, atau setidaknya berjuanglah hingga tidak ada lagi yang dapat kita lakukan.

Dalam kehidupan, tidak ada manusia yang mau gagal. Tetapi realita berkata lain bahwa dalam kehidupan sering kali mesti ada sukses dan gagal. Bila kita tidak sukses berarti gagal dan begitu sebaliknya. Maka mental “berjuang sampai akhir” dan “jiwa ksatria menerima kegagalan” harus selalu tertanam dalam diri, bahwa tidak selalu yang kita usahakan akan berbuah keberhasilan. Apapun yang terjadi setidaknya kita sudah berusaha. Seperti kata pepatah “Manusia dapat berencana, Tuhan lah yang menentukan.”

Memang benar ketika kita gagal kita menjadi seperti pecundang. Namun ingatlah, julukan pecundang akan lebih terhormat dari penakut. Sebab pecundang telah mencoba meski gagal. Ia tahu dan memiliki pengalaman melewati sebuah proses. Tetapi penakut? Ia tidak pernah mengalami dan melewati proses. Ia sudah kalah sebelum berjuang. Ia tidak mendapatkan apa-apa.

Mari bertanya pada diri: Mau menjadi apakah kita, pecundang atau penakut?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun