Jika tidak bisa menahan rasa. Mungkin anda akan menambah dengan paksa rasa manis. Bagaikan menuangkan gula ke dalam kopi. Lalu mengaduk agar menyatu.
Manis? Tentu saja. Tetapi itu menghilangkan rasa yang khas dari kopi. Memang saling mencintai juga bisa ditambah dengan hal-hal yang manis. Terkadang yang manis itu mengelabui kenikmatan sumber.
Tidak salah menambah rasa manis pada kopi. Tergantung selera para peminum. Begitu juga menimbulkan kesan manis dalam percintaan. Hanya saja, kesan manis dengan tambahan itu menjadi "syarat" yang bisa saja memberatkan pejuang cinta.
Jika manis sudah habis. Apakah anda akan mengingatnya? Saat merasakan manis itu. Saat itu juga terasa. Namun pahit yang memiliki rasa khas lebih lama bertahan dalam ingatan.

Bagi sebagian orang. Memperjuangkan cinta sama dengan memperjuangkan segelas kopi yang nikmat. Butuh perjuangan memang. Tapi dari awal berjuang, selalu ada pengorbanan. Sepanjang pengorbanan itu benar. Maka  berkorbanlah.
Begitu juga dengan mencintai seseorang dalam hidupmu. Kadang butuh perjuangan dan pengorbanan. Hanya ketulusan yang bisa merasakan pahit pengorbanan.
Mungkin saja perjuangan tidak menemui balasan. Tetapi cinta bagaikan ngopi. Pahitnya untuk merasakan kenikmatan. Bagi dia yang melihat cinta dari tampilan. Maka penilaiannya hanya terbatas wujud.
Berbeda dengan penggemar kopi dalam bercinta. Wujud bukan penilaian pertama. Dia akan menerima wujud dan menikmati perjuangan hidup. Jika susah maka nikmati pahitnya kesusahan. Jika bahagia, rasa syukur akan keluar dari mulut.
Ngopi lah agar tahu bahwa cinta itu pahit. Jangan pernah menilai kopi dari jauh. Dengan begitu anda tidak akan terlena dengan tampilan orang yang "manis" atau "ganteng".
Selamat menikmati segelas kopi. Semoga yang anda cintai mencintai anda tanpa syarat atau tampilan fisik.