Mohon tunggu...
andri ristanto
andri ristanto Mohon Tunggu... Lainnya - Seorang ASN

Seorang ASN

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Ketahanan Pangan dan Kesejahteraan Subyektif

28 Desember 2021   15:43 Diperbarui: 28 Desember 2021   15:49 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Selama ini telah menjadi anggapan umum bahwa semakin besar PDB, semakin sejahtera suatu negara dan warganya. Padahal tidak demikian kenyataannya. PDB hanya mengukur ukuran ekonomi suatu negara, tidak lebih hanya sebagai pengukuran produksi pasar dan tidak mencerminkan kesejahteraan suatu negara. Standar hidup individu lebih banyak ditentukan oleh pendapatan dan konsumsi dibandingkan dengan produksi, karena pada kenyataannya produksi bisa terus meningkat nilainya disaat pendapatan dan konsumsi masyarakat mengalami penurunan, begitu juga sebaliknya.

Ukuran kesejahteraan lain yang sering digunakan adalah PDB per kapita. Namun, pendapatan per kapita dianggap tidak mencukupi karena gagal memperhitungkan aspek-aspek penting ekonomi, gagal untuk mencakup berbagai fitur kehidupan non-ekonomi, dan mengabaikan keberlanjutan.

Indikator ekonomi memiliki keterbatasan dalam menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat yang sesungguhnya. Indikator ekonomi tersebut secara umum diukur secara obyektif dengan pengukuran berbasis uang. 

Oleh karena itu selain ukuran moneter dan material, indikator kesejahteraan penduduk sangat penting untuk menjadi perhatian serius. Indikator kesejahteraan dibuat tidak hanya untuk merepresentasikan kondisi kemakmuran dari sisi material (welfare atau well-being) saja, tetapi juga lebih mengarah kepada kondisi kesejahteraan subjektif (subjective well-being) atau kondisi kebahagiaan, kepuasan hidup atau kualitas hidup.

Indeks kebahagiaan dapat dijadikan sebagai tolok ukur capaian kinerja pembangunan menjadi lebih akurat, dan sekaligus menjadi dasar pertimbangan pemerintah dalam upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Perkembangan dan kondisi tingkat kesejahteraan masyarakat perlu dilakukan evaluasi menggunakan beberapa indikator, dan indikator yang digunakan bukan hanya hasil pengukuran secara objektif, tetapi juga hasil dari pengukuran subjektif.

Kualitas hidup adalah konsep yang lebih luas dibandingkan produksi ekonomi dan standar hidup, yang meliputi seluruh faktor yang memberikan pengaruh terhadap apa yang kita hargai dalam hidup, melampaui aspek materialnya. Artinya, kualitas hidup mencakup semua faktor, termasuk yang tidak dihitung dalam statistik moneter dan tidak diperdagangkan di pasar, yang membuat hidup kita berharga.

Kebahagiaan apabila dianggap sebagai perwujudan emosi, cenderung terlalu sempit dan berjangka pendek untuk dijadikan sebagai refleksi yang memadai untuk menggambarkan kehidupan yang baik. Untuk itu, diperlukan gagasan kebahagiaan yang lebih luas sebagai penilaian tentang kehidupan secara keseluruhan. Ketika orang ditanya tentang kebahagiaan kemarin, atau saat ini, mereka menerimanya sebagai pertanyaan tentang emosi. 

Sebaliknya, ketika ditanya seberapa bahagia mereka dengan kehidupan mereka secara keseluruhan, mereka membuat penilaian kognitif dan menjawab dengan tepat. Dengan demikian, evaluasi kehidupan, apakah itu dinyatakan dalam hal kebahagiaan atau kepuasan hidup, memang mencerminkan aspek yang lebih luas dari perkembangan pembangunan manusia. Sementara kondisi tentang kebahagiaan kemarin adalah merupakan kondisi bersifat emosional yang kurang mencerminkan kondisi kehidupan dalam jangka panjang.

Secara umum para ahli ekonomi tidak terlalu detail dalam mendefinisikan kebahagiaan karena kebahagiaan itu sendiri adalah sesuatu yang sulit didefinisikan akan tetapi dapat diukur. Kebahagiaan atau kesejahteraan subyektif biasanya digunakan oleh para ahli sebagai istilah umum untuk menunjukkan persepsi positif individu tentang kehidupannya. 

Para ekonom telah mencoba untuk memfokuskan kajian pada Economics of Happiness selama satu dekade terakhir, yang juga dikenal sebagai salah satu pendekatan subjektif terhadap kesejahteraan atau Subjective Well-Being. Economics of Happiness adalah sebuah pendekatan untuk mengukur kesejahteraan dengan menggabungkan teknik yang digunakan oleh psikolog dan yang digunakan oleh ekonom. Teori ini merujuk pada teori ekonomi yang menyatakan bahwa setiap individu akan selalu berusaha untuk dapat memaksimalkan utilitas, dan pada akhirnya akan menghasilkan kepuasan.

Peneliti di bidang ekonomi menggunakan beberapa teknik atau pendekatan agar kebahagiaan dapat diukur karena kebahagiaan merupakan sesuatu yang bersifat intangible. Di bidang ekonomi, studi mengenai kebahagiaan merupakan bagian dari pendekatan kesejahteran secara subjektif di mana utilitas adalah sesuatu yang dapat diukur melalui beberapa teknik pengumpulan data dan informasi. Melalui teknik ini memungkinkan bisa mengukur kebahagiaan secara kuantitatif melalui pertanyaan ''Seberapa bahagiakah anda dengan kehidupan anda secara keseluruhan?''. Hal inilah yang membuat kebahagiaan dari sudut pandang ekonomi berbeda dengan sudut pandang disiplin ilmu lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun