Mohon tunggu...
Andri Faisal
Andri Faisal Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Seorang dosen manajemen keuangan dan Statistik. Peminat Sastra dan suka menulis fiksi. Suka Menulis tentang keuangan dan unggas (ayam dan burung) http://uangdoku.blogspot.com http://backyardpen.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Novel] Ismail, The Forgotten Arab Bagian Ketiga

22 April 2017   13:27 Diperbarui: 1 Mei 2017   07:08 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Apakah tidak bisa Adnan, anak tertua Muchtar yang memberikan izin dan kalau perlu paman-paman Aisyah dilibatkan. Kita tidak boleh untuk memisahkan orang yang sudah baligh dan saling menyukai”

“Apakah kau yakin Aisyah akan suka dengan Ismail?”

“Nah, itu dia kita harus usahakan terlebih dahulu. Nanti baru kita akan bicarakan dengan saudara mereka”

Paman Hakija menganggu-angguk saja untuk mendengar hal itu.

**

Esoknya bibi pulang dari Rumah Paman Muchtar. Bibi tampaknya kecewa sekali. Kami sedang duduk di teras depan dan sedang menikmati teh. Ia marah-marah karena tidak bersedia menjawab sebelum datangnya ayahnya ke Jeddah. Tentu saja hal ini sama saja tidak mau menerima lamaran dari Ismail.


“Kau harus tahu dik, bahwa bahkan mereka sendiri bisa menolak lamaran. Kalau mereka tidak suka untuk apa kita paksakan nantinya akan membuat mereka menderita di akhirnya “, kata Paman Hakija

“Benar bibi, apa yang paman katakan itu benar seluruhnya. Aku juga tidak akan terlalu ngotot kalau memang ia sudah memutuskan demikian”

Air mata keluar dari pinggir pelupuk mata bibi Fathimah.

“Aku hanya malu jika ibumu tahu bahwa aku tidak bisa untuk mencarikan kamu jodoh. Dulu kami sudah dekat waktu kami tinggal hingga ayahmu Abdurrahman membawanya ke Kerajaan Aceh”

Aku paham bibi sangat sedih sekali. Si suami, Paman Hakija mencoba menghibur istrinya dan  tidak terlalu keras pada dirinya sendiri. Mungkin saja Aisyah belum berjodoh dengan Ismail namun suatu saat nanti akan dijodohkan.

Hal itu justru membuatku untuk berminat untuk maju ke Turki dan menemui Paman Muchtar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun