Mohon tunggu...
Andre Vincent Wenas
Andre Vincent Wenas Mohon Tunggu... Konsultan - Pelintas Alam | Kolomnis | Ekonomi | Politik | Filsafat | Kuliner
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pelintas Alam | Kolomnis | Ekonomi | Politik | Filsafat | Kuliner

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Runtuhnya Hegemoni AS di Indonesia, Disambut Jerit Kematian Orba dan Kompradornya

31 Mei 2020   15:57 Diperbarui: 31 Mei 2020   19:49 5534
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lalu wakilnya Megawati ketiban pulung untuk mengisi kursi presiden yang ditinggalkan Gus Dur. Kemudian terjadi cekcok politik antara Megawati dengan SBY. Akhirnya SBY pun berhasil jadi presiden RI lewat pemilu yang sah untuk berkuasa selama 2 periode. Lalu digantikan oleh Joko Widodo yang juga terpilih untuk kedua kalinya lewat pemilu yang sah.

Di periode administrasi Joko Widodo inilah gerak nyata nasionalisme demi keadilan sosial bagi rakyat Indonesia mulai terasa lagi gigitannya. Freeport kembali dikuasai negara, dan juga beberapa sumur migas yang selama ini dikuasai asing. Pembangunan infrastruktur digalakkan demi kemandirian bangsa. Pengejaran aset haram hasil korupsi maupun penggelapan yang diumpetin di negara surga pajak pun mulai gencar perburuannya.

Di arena politik internasional pun terjadi pergeseran yang cukup signifikan. Tiongkok mulai unjuk gigi menunjukkan superioritasnya, bukan hanya di kawasan Asia, tapi juga di tataran global-mondial. Mengikuti jejak tetangganya, Jepang dan Korea.

Baru-baru ini (Jumat, 29 Mei 2020) Vincent Bevins, seorang jurnalis dan penulis buku,"The Jakarta Method: Washington's Anti-communist Crusade and the Mass Murder Program That Shaped Our World," menulis kolom opini di harian The New York Times. Judul artikelnya, "The 'Liberal World Order' Was Built With Blood: As the United States reckons with its decline, it should understand where its power came from in the first place."

Baca judul seperti itu jadi langsung teringat kutuk Mpu Gandring. Kekuasaan yang direbut dengan darah, akan jatuh berdarah-darah pula nantinya. Karma.

Katanya, "In 1965 and 1966, the American government assisted in the murder of approximately one million Indonesian civilians. This was one of the most important turning points of the Cold War --- Indonesia is the world's fourth most populous country, and policymakers at the time understood it was a far more valuable prize than Vietnam. But it's largely forgotten in the English-speaking world precisely because it was such a success. No American soldiers died; little attention was drawn to one more country pulled, seemingly naturally, into the United States' orbit."

Selanjutnya disebutkan bahwa proses politik seperti ini sesungguhnya tidaklah wajar (not natural), "But the process was not natural. The U.S.-backed military used a failed uprising as a pretext to crush the Indonesian left, whose influence Washington had been seeking to counter for a decade, and then took control of the country." Kenapa tidak natural?

Karena, "Recently declassified State Department documents make it clear that the United States aided and abetted the mass murder in Indonesia, providing material support, encouraging the killings and rewarding the perpetrators." Begitulah gamblang dipaparkan.

Politik luar negeri hegemonik yang 'menghalalkan segala cara' seperti ini akhirnya kena batunya sendiri. "As Americans reckon with -- and fret about -- their country's diminished position in the world, we need to understand that the United States is not, in fact, beloved as a beacon of freedom, democracy and human rights."

Sampai akhirnya berbagai negara lain, mulai dari Argentina, Republik Demokrasi Kongo, Timor Timur sampai ke Iran, "...millions of people are skeptical of Washington's intentions, even if they have no particular desire to emulate China's government, either." Politik hegemonik yang menghalalkan segala cara ini toh runtuh juga.

Di Indonesia hegemoni AS melalui tentakel rejim orba yang merupakan kompradornya sedang berada di ujung tanduk. Kekuasaan politik orba sudah luluh lantak, yang tersisa adalah kekuasaan modal (uang) yang sedang disembunyikan di beberapa negara surga pajak. Itu pun sedang dipereteli capitnya satu persatu oleh administrasi Joko Widodo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun