Mohon tunggu...
Andre Lolong
Andre Lolong Mohon Tunggu... Insinyur - Follow me @andre_gemala

Husband of a caring wife, father of two, car enthusiast, motorsport freak, Life learner..

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

UNDERDOG - Bagian 3: Nuansa Magis Lagu-lagu Ninetees

23 April 2023   17:57 Diperbarui: 23 April 2023   17:59 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(gambar diambil dari "group of friends drinking" gograph.com)

Dalam perjalanan ke Club, enam pemuda pemudi duduk dalam satu SUV. Rami mengemudi bersama Liani yang duduk di depan. Saba bersama Niken di baris kedua dan Rami dibelakang bersama Wanda. Formasi duduk itu tentu saja tidak terencana sebelumnya. Rami pemilik mobil tentu saja harus mengemudi, dan Liani mungkin akan lebih nyaman duduk sebaris dengannya di depan. Sementara Saba, sejak masuk mobil, memasangkan Boni dengan Niken di baris belakang, agar dirinya bisa duduk dengan Wanda. Entah apa yang ada dibenaknya, ia merasa "klik" dengan Wanda. Dan Wanda juga nampak nyaman.

Di kursi belakang, Boni tidak banyak bicara. Ia hanya banyak memandangi pemandangan diluar. Niken pun terlibat pembicaraan seru bersama Wanda dan Saba. 

"Ajarin gue bikin Croissant dong, Saba!" seru Wanda, setelah obrolan makin seru dengan topik seputaran aneka roti dan kue bersama Saba. 

"Siap. Minggu depan kita kumpul di rumah gue. Cooking Class." jawab Saba dengan gaya seolah sedang menenangkan massa. 

Liani yang juga ahli masakan Sulawesi jadi ikut-ikutan nimbrung. Boni tersenyum simpul, mengingat sudah berapa perempuan yang "diajari" Saba untuk membuat makananan apa saja di dapur miliknya. Untuk makan malam yang layak dan pantas dalam sebuah kencan, Saba tidak perlu pusing cari tempat yang sulit atau selalu ramai. Dengan Dapur Wakefield Lava berbahan Kayu Oak, serta harum Rib Eye, Scallop dan Anggur pilihan, Saba dapat memenangkan hati perempuan mana pun. Sementara hal itu tentu saja tidak berlaku untuk seorang Illustrator, seperti Boni. Akankah wanita terkesan bila diajak ke rumah Boni dan mengetahui kegemaran Boni -yang notabene adalah sumber pencahariannya- adalah menggambar karakter pahlawan dengan Digital Graphic Table nya yang besar-besar, kamar kerjanya yang dipenuhi dengan ribuan Action Figure? Lebih parahnya lagi Boni tidak terlalu antusias untuk hangout seru-seruan malam ini. Yang ada di benaknya Cuma Lyra seorang.


Sadar bahwa dirinya berpotensi menjadi party pooper, Boni berusaha meningkatkan kembali mood nya. Dua sahabatnya nampak sudah punya "gandengan" masing-masing, dan akan tidak adil bagi Niken jika Boni bersikap acuh. Saat mereka tiba dan turun dari mobil, Boni berjalan menyampingi Niken. Ia ingin memperlihatkan bahwa dirinya sebenarnya asik kok buat jadi sekedar teman hangout, teman mabok, hingga teman mesra. Niken tampak menyadari itu, dan dari awal ia memang sudah nyaman. Bagi seorang Pramugari seperti dirinya yang sudah biasa bergaul dengan segala jenis pria, bahkan memacari sebagian, putus, pacar baru lagi, begitu terus, Niken hampir paham dengan situasi yang dihadapinya sekarang. Mengenai Rami dan Liani, Niken sudah bisa membaca gerak gerik dua penerbang tersebut. Dan tidak perlu gelar pendidikan tinggi-tinggi untuk mengerti bahwa Saba ada minat sama Wanda. Niken sadar bahwa hanya Boni yang available buat dirinya malam ini. Namun jelas Boni belum memperlihatkan itu, dan tidak menjadi masalah bagi Niken. Ia hanya ingin bersenang-senang malam ini.   

Pergi bersama (diambil dari gambar
Pergi bersama (diambil dari gambar "friends travel in groups" dari freepik.com)

Leon Goldstein; Restaurant di daerah Wijaya, Jakarta Selatan yang menjadi tujuan mereka malam itu nampak ramai dan terdapat antrian panjang di pintu masuk. Jadilah mereka berenam antri, entah harus menunggu berapa lama hingga masuk.

"Harusnya tadi beli cemilan dulu." Tutur Boni.

"Dan kursi lipat" tambah Niken. Keduanya pun tertawa.

"Sering pergi hangout ke Club Ken?" Boni lanjut bertanya.

"Enggak juga. Aku lebih senang duduk nyantai, minum Bir, yaa nongkrong sama teman-teman aja. Flight Crew, atau teman-teman ex kampus." Jawab Niken dengan antusias. "Kalau enggak yaa paling nyantai di rumah, nonton drakor. Mas Boni gimana?" Niken bertanya balik.

Sebelum Boni menjawab, Rami sudah mendahuluinya, "Kalau sudah dipanggil Mas sama Niken itu berarti privilege Bon." Rami merangkul bahu Boni.

"Maksudnya Niken itu hormat sama yang tua Bon." Tambah Saba.

Tawa kembali pecah diantara keenamnya. Niken berusaha mengkoreksi namun usahanya sia-sia.  

Rami kembali ke pertanyaan Niken yang belum terjawab, "Mas Boni itu senangnya gambar komik dan bikin Lego Ken."

"Kalau lagi ada ilhamnya, bisa dua minggu enggak keluar rumah tuh Ken! Tapi kalau lagi kehabisan ide, baru dia nyari gue sama Rami." Tambah Saba.

"Keren Mas! Hidup dari passion nya. Aku pertama kali nih punya teman seorang Illustrator. Di keluarga ada sepupu yang pintar menggambar. Aku selalu senang melihatnya menggambar. Aku ingat di masa kecil hingga remaja, jika kami ada kumpul-kumpul keluarga, sepupuku itu sering dimintai menggambar. Ia kini bekerja perusahaan Consumer Goods, sebagai Merchandiser. Enggak nyambung kan?" Niken menambahkan. Kisah itu tentu banyak ditemuinya di seputaran pergaulan Boni. Manusia cenderung mengesampingkan minat atau bahkan passion demi bekerja sebagai roda gigi perusahaan atau mengejar karier sebagai sesuatu yang bukan impiannya.

"Boni." suara yang sangat familiar memanggil namanya. Suara dari perempuan yang sangat dirindukan Boni. Lyra bersama beberapa pria dan wanita yang tidak dikenalnya berdiri hanya dua meter dari tempat Boni berdiri. Boni kehilangan kata-kata. Sesungguhnya moment ini sangat dinantikannya. 

"Hey Saba dan Rami!" Lyra menyadari Saba dan Rami juga bersama Boni. Ia kenal cukup baik dengan kedua sahabat Boni tersebut. "Lama enggak ketemu Ra" jawab Saba. 

"Ini Niken." Entah apa yang menyambar pikiran Boni. Dengan berusaha bersikap biasa ia memperkenalkan Niken ke Lyra. Kedua perempuan yang nampak sama tinggi badannya itu bersalaman. Tak lama Liani dan Wanda juga menyusul diperkenalkan. Kemudian gantian Lyra memperkenalkan teman-temannya. Beberapa dari mereka datang dari kalangan fashionista dan pemain film.

"Kalian belum masuk?" tanya Lyra. "We can get you guys in." 

Kehadiran Lyra (diambil dari girl in a summer dress, 123RF.com)
Kehadiran Lyra (diambil dari girl in a summer dress, 123RF.com)

Sebelum Boni sempat menjawab, Rami langsung bersorak menyetujui. Mereka pun melewati baris yang diperuntukkan khusus VIP. Penjaga dan Bouncer segera membukakan pintu bagi dua rombongan itu untuk masuk. Suasana didalam ramai namun seperti pengalaman terakhir Boni disana, crowd nya selalu seru dan friendly.  Lagu Sing it back dari Moloko dengan sentuhan remix Boris Dlugosch membahana dan langsung memacu adrenalin. Rami bersama Liani, Niken dan Wanda segera mendekat ke massa yang terkonsentrasi pada bagian terluas di tempat itu. Hamparan gemerlap yang dipenuhi ratusan mahluk sexy diantara banyak meja dan sofa, serta undakan yang menampilkan dua Disc Jockey kenamaan, beraksi muterin lagu hits di era 90-an dan mengoperasikan Turntable dan mixer mereka.

Boni dan Saba duduk di Bar, kemudian pesan Bir. Tak kuasa menahan diri, Boni tak bisa melepaskan pandangannya dari Lyra, terutama dengan pria tinggi berambut ikal yang sejak dari luar tadi terus merangkul Lyra. Ia meneguk Birnya. Berusaha untuk menenangkan dirinya.

"Aman?" tanya Saba yang  agak khawatir setelah menangkap adanya gelagat tidak beres dari sahabatnya tersebut.

"Kritis Chef!" jawab Boni sambil melirik mata Saba dengan pasrah.

"Lo mau gimana?" Saba bertanya balik.

"Enggak tahu." Jawab Boni. Ia memandang Saba. Berharap sahabatnya punya jawaban untuk apa sebaiknya yang harus ia perbuat.

"Hargai aja malam ini Bon. Sekarang lo lagi disini sama kita, bukan Lyra. Just enjoy the night." Saba menenangkan Boni. "Hargai Rami yang sudah setting acara buat kita." Tambahnya, "Hargai teman-teman perempuan yang sama-sama dengan kita malam ini.

Boni terdiam, memikirkan perasaannya yang berkecamuk. Ia menoleh kearah Rami dan tiga teman wanita mereka. Boni tidak ingin merusak malam ini.

Menikmati malam bersama (dribbble.com)
Menikmati malam bersama (dribbble.com)

Suara Tracey Thorn, sang vokalis Everything But the Girl kini membahana, disertaI petikan gitar Ben Watt, pasangannya dalam Band. Konsisten berada tidak jauh dari Turntable DJ, Rami dan Liani kini bergoyang makin mesra, sementara Niken dan Wanda datang menghampiri Boni dan Saba di Bar. Saba memesankan Bir dan Tequila buat kedua pramugari tersebut. Setelah pesanannya datang, ia mengangkat botol birnya, mengajak bersulang.

"Untuk waktu yang tidak pernah bisa kita mundurkan. Dan masa-masa indah yang kiranya selalu kita dapatkan, dan kita kenang." Saba berpidato

Keempatnya serentak berujar "amin!", kemudian menenggak minuman masing-masing.

"Dapat kata-kata darimana Mas Saba?" Niken penasaran

"Gue enggak ngutip kata-kata orang Ken." Jawab Saba. "Setiap kata yang dikeluarkan oleh mulut kita, selayaknya adalah kata-kata yang bermakna dan mencerminkan pribadi pengucapnya. Jika sudah diucapkan, kata-kata tidak pernah bisa ditarik kembali. Maka buatlah berarti." Saba meneguk Birnya lagi. "Sayang kalau kita menggunakan waktu yang ada untuk mengucapkan kata-kata yang sudah diucapkan orang lain." Tambahnya. Wanda dan Niken terpukau.

Sementara Boni tampak biasa saja. Sepuluh tahun berteman dengan Saba, ia telah banyak mendengar banyak filosofi dari Saba. Lebih dari itu Saba selalu menjadi yang paling bijak dari antara mereka bertiga, bahkan semua orang yang pernah dikenal Boni. Namun entah mengapa untuk masalah percintaan Saba tidak pernah berhasil. Bukannya ia punya kesulitan mendekati wanita. Sebaliknya malah. Saba menyukai wanita yang lebih tua. Mungkin ia merasa wanita dengan tingkat kedewasaan tinggi lebih mampu mengimbangi dirinya dibanding wanita yang lebih muda. Namun itu hanya pemikiran Boni saja. Melihat gelagatnya dengan Wanda malam ini, mungkin saja Wanda bisa klik sama Saba.

-bersambung-

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun